Adio Sapto Morris, Jangan Ragu Meminta Bantuan Orang Lain!

Iniloh.com Jakarta- Latar belakang keluarganya seperti miniatur Indonesia. Papanya asli Solo, Mamanya dari Kalimantan, namun Adia Sapto Morris bisa dengan bangga mengatakan, “Aku asli Jakarta.

Dia adalah anak kota tahun 80-an yang masa kecilnya diwarnai oleh keseruan sederhana yang hangat.

Mainnya petak umpet, lompat karet, dan main boneka,” kenangnya tentang era sebelum gadget mendominasi.

Hiburan kala itu adalah menonton kartun di Minggu pagi, mendengar radio, dan berkumpul bersama sepupu.

Kenangan kolektif itulah yang membentuknya, menanamkan nilai tentang kehangatan bersama keluarga dan teman-teman.

Perjalanan hidupnya kemudian membawanya melintas benua.

Setelah menempuh pendidikan di London, Inggris, ia memutuskan untuk menetap, menikah, dan membangun kehidupan di sana.

Namun, pandemi membawa babak baru. Keluarganya memutuskan untuk pindah dan menetap di Bali, pulau yang kini menjadi rumah baginya, suami, dan sang anak.

Di Bali, ia mewujudkan dua passion sekaligus. Dari kecil, ia terinspirasi melihat sang ayah mengelola bisnis hotel, sehingga cita-citanya adalah memiliki penginapan sendiri.

Kini, ia mengelola bisnis penginapan yang cocok dengan atmosfer Bali. Selain itu, jiwa fashion-nya tersalurkan dengan menjadi manager di sebuah fashion store di kawasan Canggu.

Namun, dengan penuh keyakinan, Adia menyatakan bahwa profesi utamanya adalah menjadi ibu untuk Bayou Blue.

Pernyataan itu bukan sekadar kalimat. Di balik senyum dan kesibukannya, terdapat sebuah perjalanan hidup yang mendalam dan penuh makna.

Anak pertamanya, Bayou Blue, dinyatakan mengidap Edward Syndrome (Trisomy 18).

Sedih banget, syok. Enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ujarnya mengingat momen itu.

Rasanya seperti berada di titik terendah, menghadapi sesuatu yang sama sekali tidak dipahami.

Dari rasa sedih dan keterpurukan itu, tumbuhlah kekuatan yang luar biasa. Berkat dukungan keluarga dan teman-teman yang suportif, Adia tidak merasa sendirian.

Pada tahun 2018, bersama orang tua lain dengan anak Trisomy 13 dan 18, ia mendirikan Trisomy 18/13 Indonesia Parent Support.

Komunitas ini hadir untuk berbagi informasi, memberikan dukungan mental, dan meningkatkan kepedulian masyarakat.

Dedikasinya berlanjut dengan meluncurkan buku berjudul “Extra Chromosome, Extra Message of Life” pada tahun 2020, sebuah kumpulan kisah perjuangan yang penuh keajaiban dan cinta.

Untuk para pembaca, khususnya keluarga dengan anak berkebutuhan khusus, pesannya penuh kekuatan:

“Luangkan waktu untuk me time. Jangan merasa harus kuat terus-menerus.

Percayalah pada insting sebagai orang tua, karena Andalah yang paling memahami anak sendiri.

Bergabunglah dengan komunitas untuk mendapatkan dukungan.”

Setiap anak adalah unik,” tuturnya. “Anak-anak dengan Trisomy 18 & 13 mengajarkan kita arti perjuangan, cinta, dan keteguhan hati.

 

 

Source image: Adio

You May Also Like

Anggini ” Jinny ” Febrida, Jangan Ragu Untuk Mulai dan Bandingkan dengan Orang Lain
Anggini ” Jinny ” Febrida, Jangan Ragu Untuk Mulai dan Bandingkan dengan Orang Lain
Prima Hapsari, Jangan Ragu Tekuni Hobi Jika Buat Bahagia dan Keluarga Mendukung
Prima Hapsari, Jangan Ragu Tekuni Hobi Jika Buat Bahagia dan Keluarga Mendukung
Bonita Christine, Jangan Ragu Kejar Apa yang Kita Cintai, Setiap Usaha Pasti Ada Hasilnya
Bonita Christine, Jangan Ragu Kejar Apa yang Kita Cintai, Setiap Usaha Pasti Ada Hasilnya
Khanza Anindya, Jangan Pernah Ragu Akan Rejeki yang Allah Berikan, Jalani dengan Baik dan Kuatkan Iman
Khanza Anindya, Jangan Pernah Ragu Akan Rejeki yang Allah Berikan, Jalani dengan Baik dan Kuatkan Iman
N. Kartika S, Jangan Ragu Mulai Hidup Sehat, Mulai dari Hal Kecil Tapi Konsisten
N. Kartika S, Jangan Ragu Mulai Hidup Sehat, Mulai dari Hal Kecil Tapi Konsisten
Nidia Ayu Maritim, Jangan Ragu Coba Hal Baru, Gagal Tak Apa Kita Sudah Berusaha Menjalaninya
Nidia Ayu Maritim, Jangan Ragu Coba Hal Baru, Gagal Tak Apa Kita Sudah Berusaha Menjalaninya