Aiga Lisa Andriani, Keberuntungan Berpihak Pada yang Berani
Iniloh.com Jakarta- Aiga Lisa Andriani, seorang perempuan tangguh yang tinggal di Wonosobo, kabupaten kecil di tengah Pulau Jawa. Wonosobo dikenal sebagai titik tengah Pulau Jawa dan memiliki desa tertinggi di pulau ini.
Dengan pemandangan 360 derajat yang dipenuhi gunung dan perbukitan, Wonosobo menjadi tempat yang memukau. Bagi Aiga, membuka jendela rumahnya saja sudah seperti menikmati keindahan alam yang menakjubkan.
Meskipun krisis iklim membuat siang hari di Wonosobo semakin panas, udara malamnya tetap sejuk dan menyegarkan.
Tidak heran jika Aiga begitu mencintai alam, terutama gunung-gunung yang mengelilingi tempat tinggalnya.
Setelah lulus kuliah, Aiga memilih menjadi freelancer dan pekerja sosial.
Hidup sebagai freelancer, seperti yang ia katakan, kadang “free”, kadang “repot”.
Namun, di tengah kesibukannya, Aiga selalu menyempatkan diri untuk melakukan aktivitas yang ia cintai: mendaki gunung.
Sejak masa SMK, ia sudah tertarik dengan kegiatan outdoor, terutama mendaki.
Meskipun awalnya dilarang oleh orang tuanya, Aiga nekat mendaki gunung untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di Gunung Sumbing, gunung pertamanya dengan ketinggian lebih dari 3.000 meter.
Pengalaman itu menjadi awal dari petualangannya di dunia pendakian.
Aiga juga memiliki fakta menarik tentang dirinya. Meskipun tinggal di daerah dingin dan sering mendaki gunung, ia ternyata memiliki alergi dingin.
Namun, hal itu tidak pernah menjadi penghalang baginya untuk terus mengejar passion-nya.
Selain mendaki, Aiga juga menemukan kecintaannya pada lari, terutama trail running, yang diperkenalkan oleh tantenya.
Bagi Aiga, trail running adalah cara untuk menyembuhkan kerinduan akan aroma gunung dan ketinggian, terutama bagi para pendaki yang memiliki waktu terbatas.
Namun, perjalanan Aiga dalam dunia olahraga tidak selalu mulus. Setelah lulus SMK, berat badannya naik drastis sebanyak 15 kg dalam waktu satu tahun.
Awalnya, ia berlari untuk menurunkan berat badan, tetapi seiring waktu, ia menyadari bahwa lari bukan hanya tentang fisik, melainkan juga tentang kesehatan mental.
Lari menjadi sarana healing baginya, terutama setelah mengalami patah hati.
Aiga belajar untuk mencintai dirinya sendiri melalui olahraga ini. Ia menciptakan jalur lari sendiri, mengatasi ketakutan akan catcalling, dan menemukan ketenangan dalam me-time-nya.
Bagi Aiga, lari adalah ritual yang membuatnya merasa lebih tenang, fokus, dan bahagia.
Meskipun sempat mengalami cedera karena kurangnya latihan kekuatan, Aiga tetap bersemangat untuk kembali berlari dan mendaki.
Ia berharap bisa mewujudkan impiannya untuk mendaki gunung incerannya tahun ini.
Aiga juga berbagi suka duka dalam perjalanannya. Sukanya adalah ketika ia bisa menikmati alam dan me-time melalui lari dan mendaki, sementara dukanya adalah ketika cuaca tidak mendukung, waktu terbatas, atau ketika ia mengalami cedera.
Harapan Aiga untuk masa depan adalah hidup yang dipenuhi rasa syukur, kesehatan, lingkungan yang positif, dan rezeki yang berlimpah.
Ia juga ingin menginspirasi perempuan lain untuk merayakan tubuh mereka melalui olahraga, bukan untuk memenuhi standar orang lain, tetapi untuk kesehatan dan kebahagiaan diri sendiri.
Aiga percaya bahwa perempuan yang sehat adalah perempuan yang tak terhentikan.
Sebagai penutup, Aiga membagikan quote favoritnya yang selalu menghiasi kamarnya:
“Fortis Fortuna Adiuvat”, yang berarti “Keberuntungan berpihak pada yang berani.”
Bagi Aiga, keberuntungan adalah persiapan yang bertemu dengan kesempatan.
Dengan semangat dan keberaniannya, Aiga Lisa Andriani terus menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama perempuan, untuk mencintai alam, diri sendiri, dan hidup dengan penuh syukur.
Source image: aiga

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










