Ajeng Nifsia Rahman, Jangan Terlalu Keras Pada Dirimu!
Iniloh.com Jakarta- Di dunia politik yang kerap diwarnai kesan keras dan penuh intrik, kehadiran Ajeng Nifsia Rahman bagai oase yang menyejukkan.
Perempuan yang lahir dan besar di Lampung ini membawa sebuah pendekatan berbeda: politik yang dijalani dengan ketulusan hati.
Latar belakang Ajeng dibangun dari nilai-nilai luhur tanah kelahirannya.
“Dari kecil saya tumbuh di lingkungan yang saling peduli dan penuh cinta,” kenangnya tentang masa kecil di Lampung.
Fondasi inilah yang membentuk karakternya dan menjadi bekal berharga dalam perjalanan karir politiknya.
“Di situlah saya belajar arti ketulusan dan kebersamaan.”
Pelajaran hidup sederhana inilah yang justru menjadi filosofi kerjanya sebagai wakil rakyat.
Bagi banyak orang, dunia politik mungkin terasa menakutkan atau menjauh. Namun, Ajeng memilih untuk menyelaminya dengan satu keyakinan mendasar:
“Saya pribadi percaya, setiap orang bisa jadi bagian dari perubahan.” Visinya tentang politik begitu jernih dan humanis.
“Politik bagi saya bukan soal kekuasaan, tapi tentang mendengarkan dan memperjuangkan harapan banyak orang.”
Inilah yang mendorongnya untuk terjun ke partai dan akhirnya duduk di kursi dewan—bukan untuk berkuasa, melainkan untuk melayani.
Dalam menjalankan tugasnya, Ajeng menemukan kebahagiaan yang sederhana namun bermakna.
“Sukanya saat bisa melihat masyarakat tersenyum karena merasa didengar.”
Senyuman tulus masyarakat yang merasa aspirasinya ditampung itulah yang menjadi sumber energinya.
Namun, seperti segala hal dalam hidup, tantangan tak bisa dihindari.
“Dukanya, saat perjuangan belum langsung membuahkan hasil.”
Pengakuan jujur ini menunjukkan realitas yang dihadapi para pejuang kebijakan—bahwa perubahan seringkali membutuhkan kesabaran dan proses yang tidak instan.
Ketika ditanya tips memberikan pelayanan maksimal kepada rakyat di daerah pemilihannya, jawaban Ajeng sederhana namun mendalam: “Kuncinya tulus.”
Ia menjelaskan, “Saya berusaha mendengar apa yang mereka butuhkan, dan memperjuangkannya dengan hati.”
Baginya, menjadi wakil rakyat bukan sekadar tentang membuat kebijakan di tingkat atas, melainkan tentang kehadiran yang autentik di tingkat akar rumput.
“Disinilah tugas parlemen hadir untuk menyerap aspirasi,” tegasnya tentang fungsi utamanya sebagai jembatan antara masyarakat dan pembuat kebijakan.
Pesan yang ingin Ajeng sampaikan kepada seluruh pembaca mencerminkan sifatnya yang empatik dan memahami proses.
“Jangan terlalu keras pada dirimu, kamu juga sedang belajar.”
Pesan ini tidak hanya untuk para pemula dalam dunia politik atau aktivisme, tetapi untuk siapa saja yang sedang berjuang dalam kehidupan.
Ia mengingatkan kita semua untuk bersikap lebih lembut kepada diri sendiri, karena setiap orang berada dalam proses belajar yang terus-menerus.
Source image: Ajeng Nifsia

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










