Alif, Tarian Adalah Bahasa Universal yang Menghubungkan Masa lalu, Presentasi, dan Mimpiku
Iniloh.com Jakarta- Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, Alif membuktikan bahwa passion tak pernah mati oleh rutinitas.
Perempuan berdarah Jawa-Betawi ini menjalani hidup dengan penuh kebersyukuran.
Lahir dan besar di Jakarta, Alif mewarisi keberagaman budaya dari ayahnya yang berasal dari Jogja-Solo dan ibu Betawi.
“Aku merasa beruntung bisa menyerap kekayaan dua budaya sekaligus. Tradisi Jawa mengajarkanku kesabaran, sementara energi Betawi memberiku semangat,” ujarnya.
Kombinasi ini tercermin dalam gayanya menari: elegan namun penuh dinamika.
Sejak usia 10 tahun, ia bergabung dengan sanggar tari, memulai perjalanan yang kelak menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.
Meski kini bekerja sebagai pegawai swasta, Alif tak pernah meninggalkan dunia tari.
“Nari itu obat jiwa. Sekalipun lelah seharian di kantor, begitu musik tradisional mengalun, energiku langsung pulih,” katanya sambil tersenyum.
Ia masih aktif belajar di sanggar dan sesekali terlibat dalam proyek tari atau acara budaya.
“Dulu waktu kuliah, aku bahkan ikut misi budaya mewakili kampus. Seru bisa dapat uang jajan sekaligus promosi budaya Indonesia,” kenangnya.
Bagi Alif, menari bukan sekadar hobi. Ini adalah cara ia merawat identitas.
“Gerakan tari itu seperti cerita. Setiap lenggokan tubuh mengingatkanku pada warisan leluhur,” tambahnya.
Disiplin yang ia pelajari dari tari menjadi senjata ampuh di dunia kerja.
“Nari mengajariku untuk tekun dan detail. Itu sangat membantu saat mengerjakan proyek kantor yang rumit,” ujarnya.
Namun, sejak memiliki anak balita, Alif kerap berjuang membagi waktu.
“Aku harus pandai memprioritaskan. Kalau ada latihan tari, suami biasanya yang jaga si kecil. Tapi tetap, rasa bersalah kadang muncul,” akunya.
Meski begitu, ia tak mau berhenti.
“Aku ingin anakku kelak melihat ibunya sebagai sosok yang tak mudah menyerah pada mimpi,” tekannya.
Alif berharap bisa terus menari sepanjang hayat.
“Ini cara aku melepas stres. Saat menari, semua beban kerja dan rumah seperti menguap,” ujarnya.
Ia juga berharap kecintaannya pada budaya bisa menginspirasi keluarga dan orang sekitar.
“Aku ingin anakku kelak paham bahwa tradisi bukan sesuatu yang kuno, tapi identitas yang harus dibanggakan.”
Alif berpesan:“Jangan pernah berhenti mengasah diri, baik lewat hobi maupun karir. Passion itu seperti tanaman, harus terus disirami agar tetap hidup.”
Ia juga menekankan pentingnya dukungan lingkungan. “Cari circle yang mendorongmu berkembang, bukan sekadar memuji.”
Melalui akun Instagram @alfathanira, Alif sesekali membagikan momen tarinya—kadang dengan kostum tradisional, kadang di sela istirahat kantor.
Dari Jakarta, ia membuktikan bahwa kerja keras dan kecintaan pada seni bisa berjalan beriringan.
“Tarian adalah bahasa universal yang menghubungkan masa lalu, presentasi, dan mimpiku.” tutupnya lagi.
Source image: alif

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










