Andi Muthmainna, Jangan Puas dengan Versimu Saat Ini!
Iniloh.com Jakarta- Bagi Andi Muthmainna, atau yang akrab disapa Inna, akar kehangatan hidupnya tertanam jauh di sebuah desa kecil nan asri di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
“Kampung yang sejuk, damai, keluarga yang hangat penuh cinta,” kenangnya tentang masa kecil yang membentuk rasa aman dan cinta dalam dirinya.
Sejak tahun 2008, perjalanan hidup membawanya berhijrah meninggalkan nuansa pedesaan yang tenang itu menuju denyut nadi yang lebih cepat di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Perpindahan ini menandai babak baru, membawanya menjalani kehidupan urban sambil bekerja di industri garmen, sebuah dunia yang jauh berbeda dari kesunyian dan kedamaian kampung halamannya.
Di tengah kesibukan kerja di garmen, sebuah transformasi personal yang signifikan dimulai.
Awalnya, motivasi Inna mengenakan sepatu lari terasa sederhana dan sangat manusiawi: ingin menurunkan berat badan.
Namun, yang terjadi kemudian jauh melampaui sekadar target fisik.
“Pertama kali coba olah raga lari niatnya pengen turunin berat badan, tapi lama kelamaan malah jatuh cinta ya…” akunya.
Lari bukan lagi sekadar alat, melainkan sebuah hubungan yang dalam.
Ia merasakan ketergantungan positif yang unik, “Gak lari sehari kaya ada yang kurang,” sebuah tanda bahwa aktivitas ini telah menjadi bagian integral dari jiwanya dan ritme kesehariannya.
Cintanya pada lari tidak berhenti di rutinitas biasa.
Inna memilih untuk menantang dirinya sendiri, “Mencoba keluar dari zona nyaman, mulai latihan yang ekstrim.”
Dedikasinya yang tinggi membuahkan hasil yang membanggakan.
Ia tidak hanya menjadi peserta biasa, tetapi berhasil menorehkan prestasi dengan “Bisa podium beberapa kali sepanggung dengan Atlet.”
Prestasi di ajang bergengsi seperti Maybank Marathon dan Borobudur Marathon, ditambah berbagai event lokal, menjadi bukti nyata kerja keras dan konsistensinya.
Di balik kesuksesan podium itu, tersimpan disiplin besi: latihan 6 kali seminggu dengan variasi berbeda setiap harinya, dilakoni dengan setia di pagi hari sebelum kesibukan kerja dimulai.
Namun, perjalanan menaklukkan medan lomba tidak selalu mulus.
Inna juga merasakan pahitnya cedera, pengingat keras tentang batasan tubuh.
Dari pengalaman itu, lahir kebijaksanaan penting: ” Kita yang tau alarm tubuh kita, beri jeda recovery.”
Pesannya ini menjadi pelajaran berharga, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk sesama pelari, tentang pentingnya mendengarkan tubuh dan menghargai proses pemulihan untuk keberlanjutan.
Melangkah ke depan, harapan Inna mencakup fondasi terpenting dalam hidupnya.
Untuk keluarganya semoga diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan bagi orang-orang tercinta. Untuk dirinya dan keluarga, ia memohon rezeki yang stabil dan sejahtera, kesehatan menyeluruh baik fisik maupun mental.
Tak lupa, ada harapan mulia untuk bisa berkontribusi dengan masyarakat dan membuat perbedaan positif, mencerminkan keinginan untuk memberi kembali.
Pesan motivasi Inna untuk siapapun yang membaca kisahnya adalah seruan untuk pertumbuhan tanpa henti, disampaikan dengan kalimat-kalimat penuh tenaga:
“Setiap hari adalah kesempatan menjadi lebih baik. Jangan puas dengan versi dirimu hari ini.
Ubah kebiasaan buruk, satu langkah dalam satu waktu. Kamu bisa lebih baik dari kemarin. J
angan berhenti belajar dan tumbuh. Tantang dirimu untuk keluar dari zona nyaman.”
Source image: inna

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










