Andi Sinta Saktiani, Percayalah Kamu Bisa dan Kamu Sudah Setengah Jalan di Sana!
Iniloh.com Jakarta- “Aku asli Makassar, Sulawesi Selatan!” seru Andi Sinta Saktiani dengan kebanggaan yang terasa hangat.
Bagi wanita energik ini, Makassar bukan sekadar tempat kelahiran; ia adalah sumber kehidupan dan keindahan yang memikat.
Ia menggambarkan kota tercintanya dengan mata berbinar:
“Indah banget laut dan gunungnya,” sebuah kombinasi alam sempurna yang memikat jiwa petualang.
Kuliner? Banyak makanan yang menggugah selera menjadikannya surga pencinta cita rasa. sementara budaya di kotanya masih sangat kental dan dihidupi oleh orang-orang ramah.
Pesannya tegas dan penuh keyakinan: “Pokoknya masukkan Makassar di list destinasi wisatamu!”
Seperti darah yang mengalir dalam nadinya, kehangatan dan kekayaan Tanah Daeng menjadi fondasi kokoh jati dirinya.
Di atas panggung kehidupan, Sinta memerankan tiga peran dengan semangat yang sama menyala: Makeup Artist (MUA), Baker, dan Atlet Lari Alam (Trail Runner). Dasar keahliannya adalah di dunia estetik: sebagai seorang MUA.
Namun, ketika gelombang pandemi COVID-19 menerpa dan pekerjaan rias mandek, Sinta tidak berdiam diri.
Ia mencari kesibukan penyelamat jiwa: olahraga.
Dimulai dari rutinitas gym, rasa penasarannya membawanya mencoba lari (running).
Tak berhenti di situ, tantangan alam menggiurkannya: “Lama-lama penasaran hiking atau trailrun.”
Dan seperti petualangan yang menemukan jalur tak terduga, hobi barunya ini keterusan sampai sekarang, menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.
Dari seni merias wajah hingga ketelitian membuat dessert (baking), dan ketangguhan menaklukkan medan trail, Sinta membuktikan dirinya adalah perempuan serba bisa yang tak kenal kata berhenti belajar.
Suka dan duka mengiringi setiap langkahnya, terutama di dunia olahraga.
“Suka banget!” serunya, dan alasannya penuh makna sosial: “soalnya makin banyak teman.”
Komunitas lari dan trail menjadi keluarga barunya, tempat berbagi semangat dan cerita.
Lebih dalam lagi, Sinta memahami esensi olahraganya:
“Lari itu gak buat kesehatan fisik tapi juga buat kesehatan mental.”
Setiap kayuhan kaki di aspal atau tanjakan berbatu adalah terapi jiwa, melepas penat dan menguatkan mental.
Sejauh ini, ia aktif di event-event lari di sekitar Makassar.
Namun, seperti pelari maraton lainnya, duka yang ia rasakan seringkali berakhir pada burnout.
“Ngumpulin mood buat olahraga itu berat banget,” akunya jujur tentang pertarungan melawan kelelahan mental dan fisik yang kadang menggerogoti semangatnya.
Ini adalah musuh dalam selimut yang harus terus dihadapinya.
Harapan Sinta untuk masa depan terasa lugas dan praktis, mencerminkan semangat hidupnya yang dinamis:
“Harapan aku untuk semua berjalan lancar, makin berkah dan makin cuan.”
Kata “semua” menyiratkan keinginan agar ketiga bidang yang ditekuninya – makeup, baking, dan olahraga, terus berkembang harmonis.
Makin berkah menunjukkan kesadarannya akan pentingnya spiritualitas dan nilai positif dalam usahanya.
Dan makin cuan adalah ekspresi jujur ambisinya untuk meraih kesuksesan finansial dari kerja kerasnya.
Harapan ini sederhana namun padat makna: keseimbangan antara kelancaran, keberkahan, dan kemakmuran.
Filosofi hidup yang Sinta pegang teguh adalah sumber kekuatan yang menggetarkan, terutama di medan trail yang berat dan saat melawan rasa burnout:
“Your body can stand almost anything. It’s your mind you have to convince.“
Kutipan ini menjadi mantra pribadinya, pengingat bahwa batas terbesar seringkali ada di kepala, bukan di otot. Keyakinan ini ia perkuat dengan pesan penyemangat:
“Percayalah kamu bisa dan kamu sudah setengah jalan di sana.”
Source image:
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
