Andi Tenri Wuleng, Dunia Organisasi Ajarkanku Tentang Solidaritas Leadership dan Cara Berfikir Kritis 

Iniloh.com Jakarta- Lahir dan besar di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Andi Tenri Wuleng tumbuh dalam keluarga yang hangat namun disiplin.

Sebagai anak sulung perempuan dari tujuh bersaudara (5 perempuan, 1 laki-laki), ia tak hanya dibesarkan dengan cinta, tetapi juga tanggung jawab besar.

Saya adalah ‘pengganti orang tua’ bagi adik-adik. Sejak kecil, saya diajarkan untuk menjadi contoh lewat kerja keras dan pendidikan,” ujarnya.

Meski tumbuh di lingkungan yang mendukung semangat belajar, keterbatasan ekonomi membuatnya harus berjuang ekstra.

Privilese itu tak ada. Saya belajar bahwa kesuksesan harus direbut dengan usaha,” tambah Tenri, yang kini dikenal sebagai sosok multitalenta penuh semangat.

Kini, Tenri menjalani peran ganda sebagai staf Humas di Rektorat UIN Alauddin Makassar, freelancer MC, dan analis data.

Namun, jalan hidupnya tak hanya berhenti di situ.

Sejak kuliah, ia aktif di berbagai organisasi, termasuk Gusdurian Makassar dan Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan Rakyat (Lapar) Sulsel.

Dunia organisasi mengajarkan saya tentang solidaritas, kepemimpinan, dan cara berpikir kritis. Ini membentuk saya menjadi pribadi yang tak mudah menyerah,” ungkapnya.

Aktivitasnya di Gusdurian, misalnya, memperkuat komitmennya pada nilai-nilai pluralisme dan keadilan sosial, warisan pemikiran Gus Dur yang ia junjung tinggi.

Sebagai bagian dari sandwich generation, Tenri harus menanggung biaya pendidikan S2-nya sekaligus membiayai kuliah S1 adiknya.

Ini tantangan terberat. Saya sering diliputi rasa takut gagal atau mengecewakan keluarga,” akunya. Namun, tekanan itu justru memacu semangatnya.

Di tengah kesibukan, ia menemukan pelarian lewat jalan kaki menikmati alam, membaca, menggambar, dan menulis.

Saya sudah menulis ribuan artikel berita untuk kampus, tapi belum sempat menulis untuk diri sendiri. Mungkin itu impian selanjutnya,” candanya.

Di balik ketangguhannya, Tenri pernah diuji dengan penyakit serius yang nyaris membuatnya menyerah di tahun 2025.

Saya ingin sembuh total. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi agar tidak membebani orang-orang tercinta,” ucapnya lirih.

Pengalaman itu mengajarkannya untuk lebih menghargai kesehatan.

Sekarang, saya berusaha seimbang antara kerja, istirahat, dan me-time,” tambahnya.

Doa terbesarnya sederhana: diberikan kesempatan untuk terus berkontribusi tanpa dihantui rasa sakit.

Tenri meyakini bahwa Tuhan menyisipkan makna dalam setiap kejadian, termasuk penderitaan.

Sakit yang kita alami bisa jadi ‘penggugur dosa’ atau jawaban dari doa. Karena itu, kita harus tetap khusnudzon (berprasangka baik),” tegasnya.

Ia berpesan agar semua orang tak pernah berhenti belajar dari proses:

Jangan lihat keterbatasan sebagai akhir. Lihatlah sebagai awal untuk berkreasi.”

 

Source image: Andi Tenri

You May Also Like

Jeha, Creating Your Own Happiness!
Jeha, Creating Your Own Happiness!
Rida Surya Lestari, Hati Kan Tenang Jika Kita Merasa Cukup
Rida Surya Lestari, Hati Kan Tenang Jika Kita Merasa Cukup
Sarah Salsabila, Hidup Tak Perlu Sempurna yang Penting Penuh Syukur dan Makna 
Sarah Salsabila, Hidup Tak Perlu Sempurna yang Penting Penuh Syukur dan Makna 
Mia Resmiati, Sukses Bukanlah Akhir, Kegagalan Bukanlah Hal yang Fatal
Mia Resmiati, Sukses Bukanlah Akhir, Kegagalan Bukanlah Hal yang Fatal
Astri Yuniati, Jangan Takut Ambil Keputusan Sulit Selama untuk Kebaikan Diri dan Keluarga 
Astri Yuniati, Jangan Takut Ambil Keputusan Sulit Selama untuk Kebaikan Diri dan Keluarga 
Cynthia Agatha de Ruiter, Konsisten Berusaha dan Berbuat Baik Hasil Pasti Kan Terlihat 
Cynthia Agatha de Ruiter, Konsisten Berusaha dan Berbuat Baik Hasil Pasti Kan Terlihat