Asanti Astari: Di Dunia Seni Pertunjukan Tradisional Ini Saya Menemukan Joy, Pride, and A Sense of Purpose
Iniloh.com Jakarta- Bicara tentang budaya, mari kita berkenalan dengan salah satu perempuan hebat di Indonesia yang bernama Asanti Astari, atau akrab di sapa Santi.
Santi merupakan seorang keturunan Jawa karena sang ayah berasal dari Solo dan ibu asli orang Yogyakarta. Santi dibesarkan di Jakarta sejak TK hingga selesai kuliah S1.
Kehidupannya berlangsung dengan baik mengingat Santi dibesarkan dalam keluarga yang hangat dan penuh cinta. Meskipun saat itu keluarganya bukan orang yang berada, tapi setidaknya mereka selalu hidup berkecukupan. Santi berkarir sebagai seorang culturepreneur, dan memiliki start-up marketplace bernama Exprezi.
“Saya baru terjun ke bidang pelestarian budaya di tengah-tengah perjalanan karir saya, jadi memang mengalami transisi karir. Setelah lulus S1 saya kerja di perusahaan oil & gas, lalu merasa nggak happy dengan yang saya kerjakan, karena pekerjaan tersebut tidak memberi saya joy, pride, and a sense of purpose. Jadi setelah bekerja selama delapan tahun, saya memutuskan banting setir ke karir lain,” cerita Santi.
Ia pun mulai melanjutkan sekolahnya dan memgambil S2 program studi World Heritage Studies di Universitas Brandenburgische Technische Universität (BTU) Cottbus-Senftenberg di Jerman.
Dari sinilah transisi karirnya pun dimulai di mana setelah berhasil lulus S2 ia kini full berkarir di bidang pelestarian budaya. Untuk menunjang pengalamannya, Santi dulu juga pernah magang di beberapa lembaga internasional seperti UNESCO Headquarters (Paris), Permanent Delegation of the Republic of Indonesia to UNESCO (Paris) dan juga World Heritage Watch (Berlin).
Kemudian setelah pulang kembali ke Indonesia, Santi pun bekerja sebagai Culture Officer antara lain di UNESCO Jakarta dan ASEAN Secretariat. Namun, saat itu Santi merasa kontribusinya terhadap pelestarian budaya Indonesia bisa lebih besar dan konkret lagi jika di luar organisasi-organisasi besar tersebut.
“Saya mencoba membangun start-up marketplace bernama Exprezi yang fokus di bidang pelestarian seni pertunjukan tradisional (tari-tarian, musik daerah, dan teater tradisional). Alasannya karena saya selalu enjoy, bangga luar biasa, dan seringkali merinding setiap kali melihat pertunjukan, karnival, atau gelaran yang melibatkan tari-tarian dan musik tradisional.
Jadi saya merasa, saya punya passion yang besar terhadap dunia seni pertunjukan tradisional ini, walaupun saya sendiri bukan penari atau musisi profesional tapi hanya menekuni belajar tari sebagai hobi. Jadi saya mau menekuni bisnis yang sejalan dengan passion saya, tidak hanya budaya Indonesia secara umum, tapi spesifik ke domain seni pertunjukan. Di bidang ini saya merasa menemukan joy, pride, and a sense of purpose, untuk melestarikan budaya Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan para pelaku seninya,” ucap Santi.
Bahkan untuk menunjang segala kebutuhan dalam bidang yang ia tekuni, Santi kini sedang mendalami Artificial Intelligence (AI), supaya ia bisa membuat inovasi baru di bidang pelestarian keragaman budaya lewat fasilitasi teknologi terbaru seperti AI.
Santi mengatakan , “Budaya Indonesia bisa lestari jika para pelakunya bisa hidup sejahtera dari berkesenian. Maka harapan saya dengan membangun startup culture-tech ini, Exprezi bisa menjadi wadah publik buat mencari seniman serta para pelaku seni pertunjukan tradisional di seluruh Indonesia, baik itu sanggar, komunitas, maupun seniman independen. Jika event seni budaya terus hidup di Indonesia, pelaku seni bisa mendapat pekerjaan yang layak dari berkegiatan seni, dan ujungnya budaya Indonesia akan ikut lestari,” tuturnya.
“Menurut saya, stimulasi kegiatan seni dan tata kelola urusan pemajuan budaya di Indonesia sudah cukup baik, walaupun tentu ada hal-hal yang masih bisa terus diperbaiki. Tantangan bagi kami para penggiat budaya adalah merubah pandangan umum yang menganggap budaya bukanlah sebuah investasi yang bermanfaat, bahkan hanya dianggap buang-buang uang saja,” imbuh Santi.
“Yang perlu dipahami adalah, investasi di kegiatan budaya (dan juga ke para pelaku seninya) adalah investasi dampak sosial (bukan investasi dengan return finansial), karena event seni budaya membuat orang jadi banyak berinteraksi di masyarakat (sehingga menguatkan solidaritas antar sesama), menumbuhkan rasa bangga dan nasionalisme yang kuat terhadap Indonesia, dan memberdayakan wanita/anak muda/lansia seperti para Maestro (karena mayoritas para pelaku seni pertunjukan adalah wanita, anak muda, dan lansia).
Secara umum, budaya di Indonesia cukup diperhatikan dan dibina kok oleh pemerintah. Bahkan bisa dibilang salah satu dari sedikit negara di dunia yang mengurusi dengan baik dan peduli akan kemajuan budayanya,” tambah Santi.
Santi berharap dengan sepak terjangnya saat ini, ia bisa memberikan dampak yang baik pada banyak orang dengan cara memberdayakan pelaku seni dan menjaga keragaman budaya, termasuk lewat pemanfaatan teknologi AI. Santi ingin menjadi seorang culturepreneur dan juga AI-preneur.
Bukan hanya menekuni tari tradisional, ia juga berharap bisa terus menekuni hobi-hobinya yang lain seperti running, diving, backpacking, dan outdoor sports.
Santi juga berharap bisa terus sehat, bersemangat, sejahtera lahir batin, dan umur panjang. Amin!
Ada kalimat positif menarik yang dikatakan oleh Santi. Ia berkata, “Hidup cuma sekali. Jadi manfaatkan sebanyak mungkin waktu dan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru yang positif. Jadilah nyaman untuk hidup di luar zona nyaman karena dari sinilah kita bertumbuh. Dan jaga pikiran untuk selalu berprasangka baik sama orang lain supaya mengurangi friksi dan permusuhan di antara orang-orang.”
Lagi-lagi kita belajar tentang kegigihan dari seorang Asanti Astari. Bagaimana ia sangat peduli pada budaya dan cara melestarikannya.
Sudah sepatutnya apa yang ia sampaikan dan kerjakan menjadi penyemangat dan inspirasi bagi kita untuk tidak menyerah apapun keadaannya. Semoga bermanfaat.
Source image: santi

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










