Ayu Putri Octaviani, Jangan Pernah Berkecil Hati untuk Memulai Sesuatu
Iniloh.com Jakarta- Ayu Putri Octaviani, atau yang biasa dipanggil Puci, lahir di Tanjung Balai Karimun, Riau, pada tahun 1995.
Meskipun lahir di Riau, keluarganya berasal dari Lampung. Kehadirannya di kota tersebut tak lepas dari tugas dinas sang ayah yang sering berpindah-pindah.
Masa kecilnya pun penuh warna karena sering menemani sang ayah ke berbagai kota.
Dari pengalaman itu, ia jadi terbiasa dengan perjalanan, bertemu banyak orang, dan belajar dari lingkungan baru.
Satu hal yang selalu Puci syukuri adalah memiliki keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang, terutama dari sang ayah yang selalu memberikan dukungan penuh.
Dunia seni dan hiburan bukan hal baru bagi Puci. Sejak kecil, sang ayah sudah membentuknya untuk berkecimpung di bidang ini.
Ia mulai dari bernyanyi, hobi yang juga dimiliki sang ayah, lalu belajar teater, tari tradisional, hingga menjadi cheerleader.
Keseriusannya dalam menari membawanya ke banyak kesempatan luar biasa, termasuk terpilih sebagai salah satu perwakilan Indonesia untuk festival internasional di Turki.
Puci juga sempat tampil di ajang besar seperti perayaan 100 Tahun Kebangkitan Nasional di GBK Senayan pada tahun 2012.
Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, ia memutuskan untuk berhenti menari dan lebih fokus pada pendidikan.
Meski begitu, darah seni yang sudah mengalir dalam dirinya tak bisa begitu saja hilang.
Ia mulai menuangkan kreativitas dalam bentuk lain, menulis lirik lagu dan puisi dalam bahasa Indonesia maupun Inggris.
Puci juga memiliki banyak teman yang berkecimpung di industri musik dan film, yang selalu mendorongnya untuk terus berkarya.
Berkat dukungan mereka, pada Oktober 2024, ia akhirnya merilis single pertamanya, “Angan-Angan,” yang ditulisnya bersama sahabatnya.
Bicara soal suka duka dalam industri ini, jujur saja Puci tidak merasakan kesulitan berarti karena ia sudah berada di dunia seni sejak kecil.
Namun, perjalanan hidupnya tidak selalu mulus. Ia menghadapi masalah kesehatan mental sejak kecil, yang semakin terasa berat saat sang ayah meninggal dunia.
Kehilangan tersebut menjadi pukulan besar, tetapi seiring waktu, Puci belajar untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
Ia menemukan bahwa ketenangan sangat penting dalam proses kreatifnya. Saat ingin menulis lagu, ia harus memastikan suasana hatinya dalam keadaan stabil, biasanya dengan mendengarkan musik, menonton film, atau sekadar berbincang dengan teman.
Harapannya ke depan cukup sederhana, ia ingin selalu bahagia dalam hidup ini. Ia berharap diberi kecukupan dalam segala hal, kesehatan yang baik, dikelilingi oleh orang-orang yang membawa energi positif, dan tetap bisa bersyukur dalam setiap langkah yang ia ambil.
Untuk kariernya di industri hiburan, Puci berharap karyanya bisa dinikmati dan diterima dengan baik oleh banyak orang.
Ia ingin apa yang ia hasilkan nantinya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Pesannya untuk siapa pun yang membaca kisahnya: Jangan pernah berkecil hati untuk memulai sesuatu.
Jangan biarkan pikiran negatif menghalangimu dalam berkarya. Jika tidak mulai, tidak akan pernah tahu bagaimana hasilnya.
Karena hidup bukan tentang menemukan diri sendiri, melainkan menciptakan diri sendiri. Ingat, seseorang tidak akan berkembang jika terus berada di zona nyaman.
Source image: puci

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










