Ayudyah Kencana, Jangan Pernah Takut Bermimpi
Nosel Aceh- Ayudyah Kencana menceritakan pengalamannya hijrah pakai baju syar’i sampai akhirnya menjadi Brand Ambassador untuk berbagai produk kecantikan dan fashion, khususnya hijab.
Ayudyah besar di Kota Medan, Ayahnya asli orang Jawa dan ibunya lahir di Medan. Saat Ayahnya berdinas di Jawa, otomatis Ayudyah dan keluarganya tinggal di Jawa, tepatnya di Kota Tegal.
Ia baru tinggal di Medan ketika akan masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai umur 20 tahun. Setelah menikah, ia ikut suami dinas ke Aceh sampai sekarang.
Ayu pun mengenang masa kecilnya yang harmonis di tengah-tengah keluarga yang mencintainya. Saat masih kecil, ia juga sering ikut perlombaan mewakili sekolah. “Guru dan teman-teman sangat mensuport, sampe kalau kemana-mana dianter guru. Itu sih yang berkesan waktu tinggal di Jawa, ketika SD kelas 6 saya pindah ke Medan.”
Penampilannya sekarang berbeda dengan masa kecilnya. Dulu ia memakai hijab biasa, tetapi sekarang kerap tampil cantik dengan hijab syar’i.
“Awal saya berhijrah pakai baju syar’i thn 2015. Gak tau kenapa sebulan saya hijrah dari yang mulanya berjilbab biasa,” kata Ayudyah.
Perjalanan itu dimulai di tahun 2014 ketika mulai jadi Brand Ambassador suatu brand baju syar’i. Ia sudah mulai memikirkan untuk istiqamah memakai baju Syar’i.
Selain Brand Ambassador baju syar’i, di tahun 2014 Ayu juga mulai mendapatkan tawaran dari brand skincare, brand umroh, makanan, klinik kecantikan, dan masih banyak lagi yang lain.
Ayudyah ingat betul kapan ia memutuskan pakai baju syar’i. Itu dimulai dari tanggal 22 Desember 2015. Setelah memutuskan memakai baju syar’i, tawaran endorse mengalir kepadanya.
“Qadarullah Februari 2016, tawaran endorse dating bertubi-tubi. Masya Allah tanpa disangka Allah kasih hadiah yang luar biasa. Dan awal saya hijrah juga tak gampang. Banyak bullyan, banyak yang gak suka apalagi pada saat itu orang belum banyak bersyar’i.
Tapi saya memang sudah niat. Nah dari awal 2016, satu bulan kadang dapat endorse baju sampai 15 brand. Dari baju, sepatu, tas, dan lain-lain.” jelas dia.
Brand yang masih bekerjasama dengannya dari sejak 2014 sampai sekarang adalah brand baju syari @winda hijab sama skincare @naniatminingsihskincare dan @meutiaflorislangsa.
Selama menjadi influencer, Ayudyah mengalami suka duka. Ia memaparkan satu per satu suka dukanya. Hal-hal yang ia sukai dari menjadi influencer adalah hobi berfotonya tersalurkan.
“Sukanya yang dari hobi foto, Allah Swt izinkan saya dari yang berhijrah syar’i, banyak di endorse berbagai merek brand-brand baju, tas, sepatu, dan lain sebagainya. Banyak teman dan juga kenal owner-owner hebat. Kalau pas jalan ke Jakarta juga banyak ketemu teman-teman influencer lainnya.
Masih ada lagi, ketika baju dan barang-barang endorse banyak banget dari 2015 sampai dengan sekarang jadi milik sekarang sebagian saya sedekahkan dan saya bagi-bagi ke teman-teman kalau mereka mau. Intinya bisa saling berbagi.”
Sementara sisi duka menjadi influencer adalah banyak teman-teman yang dulunya dekat menjadi menjauh. Ayudyah tidak tahu alasan pastinya.
“Mungkin iri atau apa saya juga gak tau. Dan kadang ada brand tertentu yang sudah deal eh tiba-tiba ngga kirim barang. Tapi itulah awal-awal. Tapi ya sudah saya mikirnya belum rejeki dan semuanya itu atas seiijin Allah Swt. Jadi gak terlalu mempermasalahkan. Karena di IG ini saya memang dari awal cuma niatnya nyimpen foto momen-momen pas sama keluarga, teman-teman.”
Buat pembaca, Ayudyah berpesan tetap berbuat baik walaupun dalam kita berkarir banyak orang yang nggak suka.
Yang penting kalau seperti saya yang sudah berkeluarga minta ridho suami Insya Allah apapun yang saya lakukan jadi berkah. Jangan pernah takut bermimpi, kita tidak tahu hidup kita ke depannya bagaimana.
Hanya Allah yang punya kuasa. Apapun yang mustahil kalau sama Allah Swt sudah bilang Kun Fayakun, semua akan Allah Swt kasih apapun yang kamu mau. Terakhir jauhi pertemanan yang toxic.
Image source: Ayudyah

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










