Azhaara, Meski Melangkah Meski Tiada yang Menuntun!

Iniloh.com Jakarta- Ada sebuah ketenangan yang terpancar dari sosok Azhaara, perempuan yang menyimpan kisah perjalanan hidup antara dua kota.

Meski lahir di Jakarta, ia justru menemukan arti rumah dalam kesejukan Bandung.

Kota yang sejuknya bukan hanya dari udara, tapi juga dari caranya membuat segalanya terasa lebih perlahan,” kenangnya penuh rindu.

Di sana, ia tumbuh dalam keluarga kecil yang hangat, dengan ayah yang bekerja keras hingga pensiun dan ibu yang menghidupkan rumah melalui aroma masakannya.

Entah itu sayur asem hangat atau sambal terasi buatan tangan, selalu ada rasa pulang di setiap sendoknya,” ungkapnya, menggambarkan betapa mendalamnya kenangan akan kehangatan keluarga.

Setelah lulus SMA, Azhaara memutuskan kembali ke Jakarta. Dengan ayah yang telah pensiun, ia mengambil tahun jeda (gap year) untuk bekerja dan menabung sebelum kuliah.

Tahun itu, meski bukan yang termudah, justru menjadi periode paling bermakna.

Aku belajar berdiri di atas kakiku sendiri, belajar bahwa tangguh bukan berarti tak lelah , hanya saja tetap melangkah meski tak ada yang menuntun,” tuturnya tentang pelajaran berharga menuju kemandirian.

Kini, hidup Azhaara adalah sebuah simfoni keseimbangan yang indah antara bekerja full time dan kuliah kelas karyawan.

Ia telah mengikuti program Magang Bakti BCA selama tiga tahun dan kini melanjutkan di program Brillian Internship di BRI.

Dari dunia perbankan ini, ia tak hanya belajar tentang profesionalisme, tetapi juga tentang kemanusiaan.

Tentang rasa hangat yang muncul saat seseorang tersenyum karena merasa terbantu,” ujarnya.

Dunia kerja pun berubah makna, menjadi “ruang kecil di mana aku menemukan banyak keluarga baru.”

Di sela kesibukannya, Azhaara pandai memberi jeda. Ia mengisi waktunya dengan perjalanan singkat, menulis, atau mengabadikan momen.

Sejak tahun lalu aku menyempatkan diri untuk traveling sendiri dan tahun ini mencoba naik gunung untuk pertama kalinya!!” serunya.

Dari hal-hal sederhana inilah ia menemukan bahwa “keberanian bisa datang dari hal-hal yang tampak sepele.”

Jujur, ia mengakui bahwa bekerja sambil kuliah bagai “main juggling pakai waktu dan tenaga sendiri.”

Pagi harus rapi menyambut nasabah, sore hingga malam harus fokus pada kuliah hukum.

Ada hari-hari dimana ia mengerjakan tugas di pantry kantor atau membaca modul di sela antrean nasabah.

Capek? Iya. Tapi ada semacam rasa hangat juga, knowing that aku lagi bertumbuh di dua dunia sekaligus,” akunya.

Weekend yang bagi banyak orang adalah waktu istirahat, baginya justru diisi penuh dengan kelas offline.

Sukanya jelas: bertemu dengan banyak orang baik, dari rekan kerja yang seperti keluarga hingga nasabah yang mengajarkannya kesabaran.

Dukanya, waktu untuk diri sendiri menjadi barang langka. Namun justru itu membuatnya lebih menghargai momen-momen kecil: secangkir kopi sore, obrolan ringan, atau perjalanan pulang di bawah lampu kota.

Capeknya nyata, tapi ada rasa bangga kecil yang tumbuh pelan-pelan setiap kali berhasil melewati satu hari lagi,” ujarnya.

Ia belajar bahwa hidup tak perlu ritme yang sempurna – kadang kacau, tapi tetap punya musiknya sendiri.

Harapan Azhaara tertuang dalam doa yang penuh kesadaran.

Dimanapun langkahnya nanti, ia ingin tetap menjadi versi diri yang hangat dan berterima kasih, membawa nilai-nilai dari rumah: sopan santun dari ibu, kerja keras dari ayah, dan hati yang selalu tahu cara pulang.

Ia ingin terus berjalan dengan ringan tanpa kehilangan arah, dengan segala yang dikejarnya berpihak pada kebaikan.

Semoga apa pun yang sedang tumbuh, tumbuh dengan baik,” doanya.

Filosofi hidupnya terangkum dalam burnt toast theory yang ia percayai.

“Kadang roti gosong di pagi hari bukan kebetulan,  mungkin Tuhan sengaja bikin kamu terlambat lima menit, supaya nggak ketemu hal buruk di jalan.

Jadi mungkin, ‘roti gosong’ dalam hidupmu bukan pertanda sial, tapi cara semesta menyelamatkanmu dengan gaya yang diam-diam jenaka.”

 

 

Source image: azhaara

 

You May Also Like

Restianti Amanda, Teruslah Melangkah Insya Allah Kan Sampai Ke Tujuan
Restianti Amanda, Teruslah Melangkah Insya Allah Kan Sampai Ke Tujuan
Susanti Rahayuning Hastuti, Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Gapai Cita-cita Berani Mencoba Dulu
Susanti Rahayuning Hastuti, Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Gapai Cita-cita Berani Mencoba Dulu
Fifi Susanti, Tiada yang Lebih Berharga Mereka Adalah Keluarga Kita
Fifi Susanti, Tiada yang Lebih Berharga Mereka Adalah Keluarga Kita
Elys, Dunia Ini Tiada Jika Tak Ada Mimpi!
Elys, Dunia Ini Tiada Jika Tak Ada Mimpi!
Putri Dwi Lestari, Jangan Takut Mengejar Impian Meski Banyak Rintangan
Putri Dwi Lestari, Jangan Takut Mengejar Impian Meski Banyak Rintangan
Dayen Dian, Dunia Ini Tiada Kehabisan Orang Hebat Tapi Butuhkan Individu yang Sopan dan Beradab
Dayen Dian, Dunia Ini Tiada Kehabisan Orang Hebat Tapi Butuhkan Individu yang Sopan dan Beradab