Azma Munabari, Teruslah Berdoa dan Berkata Baik!
Iniloh.com Jakarta- Jakarta bukan sekadar tempat tinggal bagi Azma Munabari; ia adalah denyut nadi, identitas, dan rumah yang tak tergantikan.
“Asal Jakarta dan gak akan pindah keluar dr Jakarta,” ujarnya dengan penegasan yang tak terbantahkan.
Baginya, kota metropolitan yang sibuk, keras, namun penuh peluang ini adalah tanah tumpah darahnya, tempat di mana hidupnya berakar dan berkembang.
Ia adalah produk asli Ibu Kota, memahami ritmenya yang cepat, dinamikanya yang kompleks, dan menyerap energinya yang tak pernah padam.
Di tengah gemuruh kemacetan dan gedung-gedung pencakar langit, Azma menemukan ruangnya sendiri, membangun kehidupan dan bisnis yang kokoh.
Bisnis menjadi salah satu napas kehidupan Azma. Dan dunia yang dipilihnya cukup mengejutkan bagi sebagian orang, yaitu otomotif.
“Bisnis utama sebenernya automotive,” akunya.
Namun, langkahnya memasuki dunia mesin, ban, dan kecepatan ini bukanlah kebetulan atau sekadar pilihan pribadi semata.
Ini adalah warisan dan bentuk kebersamaan.
“Itu juga karena keikut ayah dan suami yang pada pencinta otomotif,” jelasnya.
Dunia roda empat (atau mungkin lebih) telah menjadi bagian dari percakapan keluarga, kecintaan turun-temurun, dan akhirnya, jalur profesionalnya.
Azma tidak hanya terjun karena ikut-ikutan; ia merangkulnya sebagai bagian dari identitas keluarganya, mengelola bisnis dengan kepala dingin seorang pengusaha sekaligus hati seorang istri dan anak yang melanjutkan semangat orang-orang terkasih.
Memegang kendali bisnis di industri yang dinamis dan seringkali maskulin seperti otomotif, apalagi sebagai wanita yang juga punya tanggung jawab besar di rumah, tentu memerlukan keseimbangan yang luar biasa.
Azma punya resep sederhana namun penuh makna untuk menjaga harmoni antara tuntutan bisnis dan kewajiban keluarga.
“Tipsnya si ya tetep jalanin kewajiban aja,” katanya dengan lugas.
Prinsipnya jelas: sebelum memenuhi hasrat main di dunia otomotif atau fokus pada urusan bisnis, kewajiban domestik harus dipenuhi terlebih dahulu.
“Sebelum pergi main dan ninggalin keluarga dirumah tetep harus penuhin kebutuhan nya dulu seperti makan nya dan kebutuhan lainnya.”
Ini adalah bentuk tanggung jawab dan prioritas yang tak tergoyahkan.
Keluarga selalu menjadi bensin dan tujuan akhir.
Komitmen untuk memastikan kebutuhan dasar keluarga terpenuhi adalah bentuk kasih sayang dan fondasi yang membuatnya bisa menjalani peran ganda dengan lebih tenang dan fokus.
Melihat ke depan, harapan Azma praktis namun mencakup segala aspek penting kehidupan.
“Yang pasti harapannya semua bagus dari keluarga, ekonomi, juga kesehatan,” ujarnya.
Ia memahami betul korelasi yang erat antar ketiganya.
“Karena kalau 1 itu ada yang ga bagus pasti ngefek ke sebelahnya.“
Kesehatan yang buruk bisa menghambat usaha dan mengganggu keharmonisan keluarga.
Masalah ekonomi bisa menimbulkan stres yang berdampak pada kesehatan dan hubungan.
Ketidakrukunan keluarga bisa mengganggu fokus kerja dan menurunkan semangat hidup.
Oleh karena itu, Azma berharap keseimbangan dan kebaikan menyeluruh untuk tiga pilar ini. Ia menginginkan fondasi yang kuat agar bisa terus maju.
Di balik kesibukannya sebagai pengusaha otomotif dan penjaga api keluarga, Azma menyimpan filosofi hidup yang dalam dan spiritual.
Pesannya singkat namun sarat makna:
“Terus berdoa dan berkata yang baik-baik karena kita gatau kata-kata mana yang di-aminin malaikat.
Source image: azma

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










