Aznil Tan: Menunggu PMI Merdeka 100% di HUT Kemerdekaan!

Nosel Jakarta- Nasionalisme masih menjadi mindset sempit dalam memaknakan bernegara dan berbangsa. Masih banyak memahami nasionalisme sebagai gerakan satu bangsa untuk menunjukkan kehebatannya kepada bangsa-bangsa lain di dunia.

Penganut faham nasionalis ini tidak mau kalah dengan negara lain dan tidak mau rendah dihadapan bangsa-bangsa lain. Sehingga timbul kompetisi antar negara menjadi bangsa paling kuat, paling berkelas dan paling kaya.

Nasionalisme seperti ini disebut nasionalisme kolot. Faham ini mengabaikan substansi kemanusiaan dan mengedepankan ego kebangsaan yang akhirnya mengorbankan jutaan manusia untuk mendapatkan hidup berkualitas dan menjadi manusia merdeka.

Tujuan kemanusiaan mengentaskan kemiskinan, keterbelakangan dan mengembangkan jati diri menjadi hal yang sulit di dapat atas faham tersebut.

Meski dunia sudah mengglobal. Manusia semakin disadarkan atas realitas kehidupan bahwa hidup saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Bahwa dunia saling ketergantungan antar negara satu dengan negara lainnya. Bahwa manusia saling membutuhkan antar bangsa satu dengan bangsa lain. Namun, mindset nasionalisme kolot masih banyak dianut diterapkan oleh penguasa.

Penguasa masih banyak melaksanakan peradaban global secara kaku dan masih terjebak dalam faham nasionalis kolot sebagaimana digembor-gemborkan dimasa era kemerdekaan Indonesia dulu.

Faham nasionalis kolot ini tak luput juga menimpa pada wilayah ketenagakerjaan migran Indonesia. Pekerja Migran Indonesia (PMI) dianggap hal yang memalukan dan merendahkan martabat Indonesia. Alasannya, bahwa PMI hanya bekerja di sektor pekerja bawahan dan bekerja sebagai pekerja kasar di negara orang.

Ini pemikiran keliru. Pertama, bicara tentang tenaga kerja migran adalah pekerjaan kasar atau low skill dan middle skil, seperti buruh pabrik, konstruksi, perkebunan, kargo, transportasi, ABK (Anak Buah Kapal), perawat, koki, pelayan dan berbagai pekerjaan mengunakan keterampilan tenaga manusia lainnya.

Selain itu, pekerja migran dibutuhkan dunia untuk pekerjaan domestik, seperti pekerja rumah tangga, pengasuh lansia dll.

*Aznil Tan
Direktur Eksekutif Migrant Watch

You May Also Like

Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian
Neni PS, Tak Harus Lebih Hebat dari Lainnya Cukup Lebih Baik dari Diri Kita Kemarin
Neni PS, Tak Harus Lebih Hebat dari Lainnya Cukup Lebih Baik dari Diri Kita Kemarin