Benita Vioretta Situmorang, Tetaplah Autentik dan Bersinar di Tempatmu!
Iniloh.com Jakarta- Lahir di Malang dengan darah Batak dari ayah dan Jawa dari ibu, Benita Vioretta Situmorang adalah perwujudan harmoni Nusantara.
“Aku memiliki perpaduan keduanya,” ujarnya tentang identitas kulturalnya yang kaya.
Kenangan masa kecilnya diwarnai kesan Malang sebagai kota sejuk dan asri, meski kini ia menyayangkan perubahan iklimnya:
“Semakin panas karena penduduk bertambah, terutama mahasiswa pendatang.”
Sebagai anak tunggal setelah sang adik berpulang di usia balita, Benita tumbuh dengan kesadaran mendalam tentang arti keluarga dan ketangguhan.
Karir Benita berawal di perusahaan asuransi sebelum ia merambah dunia kebijakan publik.
Tahun 2019 menjadi titik balik: ia diterima di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (sebelumnya Badan Ekonomi Kreatif).
Perjalanannya di sini bagai dua sisi mata uang.
Sukanya: kesempatan mengeksplorasi keindahan Indonesia yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
“Belitung, Mandalika, Lombok dengan segala kelekatan budayanya,” sebutnya penuh syukur.
Ia masih mendambakan Maluku dan Papua “Pantai di sana begitu indah“.ujarnya
Dukanya: kompleksitas birokrasi. Penyusunan kebijakan kolaboratif kerap mentah di meja pimpinan.
Tantangan terbesar justru di implementasi: literasi digital dinas daerah yang rendah.
“Mereka kesulitan membuka folder dokumen karena sinyal lemah atau kurangnya pemahaman,” keluhnya.
Tak jarang, timnya harus menerima berkas fisik dan menjelaskan ulang kebijakan secara personal, sebuah ujian kesabaran sekaligus cerminan kesenjangan infrastruktur digital.
Tak puas berkutat di kebijakan, Benita kini mengejar gelar S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Brawijaya Malang.
Riset tesisnya brilian: mengeksplorasi pemaknaan simbol keberlanjutan di industri perhotelan Malang oleh wisatawan domestik dan mancanegara.
“Aku ingin tahu apakah interpretasi simbol sesuai dengan maksud industri, atau dipengaruhi latar budaya dan akademik pengunjung,” jelasnya.
Harapannya, riset ini menjadi landasan kebijakan baru: penerjemahan verbal simbol-simbol sustainability agar lebih universal.
“Sehingga tamu tak hanya melihat simbol, tapi memahami tindakan lanjutan yang bisa dilakukan saat kembali ke negaranya.”
Di balik semangatnya yang menggebu, Benita menyimpan doa yang realistis untuk beberapa aspek hidupnya.
Dalam bidang akademik, ia berharap mampu menyelesaikan tesisnya tepat waktu disertai publikasi jurnal (KLOA).
Untuk kesehatan, ia mendambakan kondisi prima bagi dirinya sendiri maupun rekan-rekan kantornya yang saat ini banyak tumbang akibat beban kerja yang berat.
Sementara di ranah karir, doanya adalah dapat pindah ke jabatan fungsional setelah lulus studi.
Sebuah pilihan yang sempat ia pertimbangkan dengan dilema sebelum akhirnya memutuskan untuk mengutamakan penyelesaian studinya terlebih dahulu.
Untuk Indonesia yang lelah didera ketidakpastian, Benita berpesan bijak:
“Satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah diri sendiri.
Mindfulness adalah cara menjaga kesadaran dan keseimbangan – saat minum, berangkat kerja, bahkan sebelum tidur.
Tetaplah autentik dan bersinar di tempatmu. Jadilah manusia yang utuh, bukan mesin yang kehilangan rasa.”
Source image: retta

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










