Bernadeta Dinda Putri, Tidak Perlu Punya Masalah untuk Mulai Berlari!
Iniloh.com Jakarta- Jogja bukan sekadar pilihan hidup, tapi panggilan jiwa bagi Dinda.
Meski lahir di Semarang dengan kenangan kuliner menggoda, dan sempat merasakan kesejukan hidup murah di Purbalingga, hatinya jatuh cinta pada adem-nya Jogja.
“Orang-orangnya menyenangkan, makanannya murah-enak-bervariasi, dan hidup terasa nyaman di sini,” ungkapnya.
Ikatan itu begitu kuat, pindah keluarga saat SMA, kuliah, menikah, hingga membangun bisnis di kota pelajar ini. Hanya satu kata yang cocok: takdir.
Di Jogja, Dinda bukan sekadar penduduk, tapi penggerak ekonomi.
Ia mengelola trilogi bisnis: kos-kosan, barbershop, dan coffeeshop, ditambah peran sebagai ibu keluarga.
Di tengah kesibukan ganda itu, olahraga menjadi ruang nafasnya. Golf, muaythai, gym, dan kini lari mendominasi hidupnya.
Awalnya ia diipaksa oleh teman-temannya, “Mau nyerah karena engap dan cape banget,” tawanya.
Tapi rasa penasaran mengalahkan keengganan. Kini, lari bukan lagi siksaan, melainkan candu yang membebaskan.
Bagi Dinda, lari adalah paspor menuju kebahagiaan sederhana.
Melalui berlari, ia menikmati petualangan visual dengan menyusuri kota tua atau menjelajah mancanegara sambil menyatu dengan pemandangan spektakuler.
Tak hanya itu, lari memberinya tubuh bebas diet, berat badannya kembali seperti sebelum punya anak, membebaskannya menikmati makan tanpa rasa bersalah!
Aktivitas ini juga memperkaya hidupnya dengan komunitas dan gaya, menambah banyak teman sekaligus memberinya alasan untuk berbelanja outfit lari yang lucu dan keren.
Lari pun menanamkan disiplin alami; tubuhnya kini memiliki “alarm otomatis” yang membuat bangun pagi menjadi rutinitas, baik ia berlari hari itu atau tidak.
Dan yang paling ia rasakan adalah keajaiban endorfin ajaib, seperti katanya:
“Hormon bahagia setelah lari bikin positive vibes seharian!“
Tak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan, dan bagi Dinda, lari punya harga yang harus dibayar.
Kulit gosong menjadi hadiah setia dari terik matahari tropis selama ia mengejar kilometer.
Tantangan lebih serius datang dari cedera yang selalu mengintai; jika ritual pemanasan atau pendinginan kurang sempurna, fisioterapi bisa menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan.
Belum lagi “PR” (Pekerjaan Rumah) menantang dari pelatihnya latihan interval dan strength training yang kerap membuatnya mengeluh, “Cape powlll tapi wajib!” Yang menuntut disiplin ekstra di luar jam lari.
Dalam setahun, tapak sepatunya sudah menaklukkan serangkaian lomba lari: mulai dari Mbok Mlayu 2024, Prambanan Color Run 2024, POGI Run 2024, Siloam Run 2024, Milo ACTIV Indonesia Race 2024, Garmin Asia Run 2024, hingga puncaknya mengikuti ajang internasional Standard Chartered Singapore Marathon 2024.
Untuk tahun 2025, targetnya bahkan lebih ambisius, menyelesaikan Mandiri JOGJA Marathon pada 22 Juni dan Maybank Marathon Bali di bulan Agustus.
Konsistensi ini dijaga dengan komitmen tinggi, yaitu latihan rutin 3-4 kali seminggu (termasuk sesi interval dan mengerjakan PR dari pelatih), ditambah 1 kali lari bersama komunitas setiap minggunya.
“Tetap disiplin dalam hobi dan bisnis. Jangan mudah menyerah!” tekadnya.
Doanya sederhana, kesehatan untuk diri dan keluarga, plus limpahan rezeki. Bagi Dinda, menjadi orang beruntung adalah buah dari kerja keras dan syukur.
“Tak perlu punya masalah untuk mulai lari. Kesehatan masa tua DITABUNG dari sekarang, bukan dibeli! Ayo, mulai satu langkah pertama!”
Source image: Dinda

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










