Branti Mulia, The Beginning Is Always the Hardest!

Iniloh.com Jakarta- Lahir dan besar di Jakarta, Branti Mulianingrum Purwandari – yang akrab disapa Branti Mulia   menggambarkan masa kecilnya sebagai kisah hangat di tengah dinamika ibukota.

Sebagai anak bungsu dan satu-satunya perempuan dengan tiga kakak laki-laki, ia tumbuh dalam didikan orang tua yang menekankan kemandirian dan semangat belajar tanpa henti.

Orang tua saya selalu mendidik saya agar menjadi anak perempuan yang mandiri dan tidak pernah berhenti belajar,” kenangnya.

Fondasi inilah yang menjadi kompasnya menghadapi liku-liku karir dan kehidupan, membawanya dari dunia perbankan BUMN, merintis bisnis tas dan souvenir.

Bertahan dengan jualan masakan saat pandemi, hingga menjadi freelancer di bidang pendidikan dan finansial sambil terus mengasah skill baru.

Prinsipnya jelas: “Hidup gak boleh stuck, harus mau terus belajar dan berkembang agar bisa bermanfaat.”

Di tengah transformasi karir yang fluid, Branti menemukan sebuah konstan yang menjadi lebih dari sekadar hobi: lari.

Awalnya, ia mulai sekitar tahun 2014-2015 karena diajak teman, sekadar pelarian dari kejenuhan dan kepenatan sebagai banker.

Ia sempat bergabung dengan komunitas lari, tapi cedera memaksanya berhenti.

Namun, kehidupan punya caranya sendiri membawanya kembali ke lintasan,  baik aspal (road run) maupun alam (trail run). “Jadi seperti coping mechanism saya untuk me-manage emosi apapun,” akunya.

Ia menyadari stigma lari dari masalah, tapi memilih fokus pada sisi positifnya: “Kita dapet kuat dan sehatnya.”

Secara ilmiah, ia pun memahami riset bahwa lari memicu produksi dopamin – hormon kebahagiaan yang menjadi penawar alami stres.

Kini, lari telah berevolusi menjadi perjalanan personal yang kompleks dan mendalam. Bukan lagi sekadar soal kecepatan atau mengoleksi medali, tapi proses mengenal diri secara utuh.

Ini adalah perjalanan yang membuat saya pribadi makin lebih mengenal dan mendengarkan badan, hati, dan pikiran sendiri,” ujarnya penuh perenungan.

Ia serius menjalaninya dengan mengikuti program latihan untuk memperbaiki teknik. Hasilnya? Ia justru semakin terpikat.

Perjalanan ini melatih disiplin, komitmen, dan kesabaran untuk mengendalikan ego.

Ia pun belajar mengatur nutrisi, menemukan pola strength training untuk kaki dan tubuh atas, serta memahami ritme siklus hormonal perempuan.

Sesuatu yang tak boleh diabaikan dalam keseimbangan aktivitas harian, latihan, istirahat, dan pemulihan.

Sukanya lebih banyak,” katanya tentang hobi ini.

Ada kepuasan tak terungkap setelah menyelesaikan lari, bahkan kegelisahan jika tak bisa berlari. “Dukanya memang pasti lelah tapi nagih,” tambahnya.

Jadwal latihannya ketat: terprogram setiap hari dengan satu sesi offline bersama pelatih di Gelora Bung Karno (GBK), ditambah strength training dua kali seminggu.

Tantangan terbesarnya adalah manajemen waktu ketika pekerjaan membawanya keluar kota atau ketika jam tidur berantakan.

Dedikasinya berbuah manis. Mei lalu, di Half Marathon (HM) BFI Run, ia memecahkan rekor pribadi atau Personal Best/PB, dengan finis 2:46 – jauh di bawah cut-off time 3 jam.

Prestasi ini istimewa karena diraih setelah ia pulih dari cedera jatuh dan jeda umrah.

Ini hanya check point,” katanya rendah hati, sambil bersiap untuk dua HM dan satu lari 10K lagi tahun ini.

Harapan Branti untuk masa depan dirajut dengan doa dan tindakan nyata. Ia ingin konsistensi dan disiplinnya membawanya meraih cita-cita tertinggi: mengikuti World Major Marathon.

Semoga ada rezeki bisa Virgin Money London Marathon-nya,” harapnya penuh keyakinan.

Lebih dari prestasi pribadi, ia ingin menjadi perempuan berdaya yang bermanfaat bagi keluarga dan sekitar. Semangatnya ingin menular: ia aktif membawel mengingatkan pentingnya investasi kesehatan sejak dini.

Investasi terpenting itu adalah kesehatan, dengan olahraga melatih otot dari sekarang,” pesannya.

Tak perlu lari, yang penting pilih aktivitas yang membuat nyaman dan hati senang.

Pesan Branti untuk pembaca adalah kristalisasi perjalanannya:

“The beginning is always the hardest, jadi memang harus sedikit dipaksa, pelan-pelan.

Trust your own journey, focus, and control your ego. Discipline and consistency adalah game changer.”

 

Source image: branti

You May Also Like

Lira Nuligar Wirahmana, The Best View Comes After The Hardest Climb
Lira Nuligar Wirahmana, The Best View Comes After The Hardest Climb
Renny Mulia, Terjun Dunia Konten Kreator Karena Suka Kuliner dan Dokumentasikan Peristiwa
Renny Mulia, Terjun Dunia Konten Kreator Karena Suka Kuliner dan Dokumentasikan Peristiwa
Viderica Oktaviani, Enjoy The Process, Because The Best View Always Comes After The Hardest Climb
Viderica Oktaviani, Enjoy The Process, Because The Best View Always Comes After The Hardest Climb
Uci Mulia, Still Young, Live life By Taking Many Risks!
Uci Mulia, Still Young, Live life By Taking Many Risks!
Sirin Kalista, Pergunakan Waktu dengan Sebaik-baiknya Karena Hidup Hanya Sekali
Sirin Kalista, Pergunakan Waktu dengan Sebaik-baiknya Karena Hidup Hanya Sekali
Grace Damai Putri, Always Be Grateful and Humble!
Grace Damai Putri, Always Be Grateful and Humble!