Chiendu Putri, Hidup Adalah Tentang Belajar. Dan Mari Jatuh Cinta Lagi Pada Hidup
Iniloh.com Jakarta- Chiendu Putri, perempuan asal Kediri yang akrab dengan gemericik sungai kecil dan hamparan sawah, adalah penenun kisah penyembuhan yang tak biasa.
Dari desa dengan udara panas dan hati hangat, ia menjelma menjadi trauma healing facilitator, astrologer, dan tarot reader yang meyakini bahwa setiap luka adalah pintu menuju kebijaksanaan.
“Hidup mengajarku untuk tidak melawan arus, tapi belajar menari di dalamnya,” ujarnya.
Chiendu tumbuh di pedesaan Kediri, di mana masa kecilnya diwarnai petualangan sederhana: berlari di pematang sawah, bersepeda melintasi jalan sepi antar dusun, atau bermain air di sungai kecil.
“Saat purnama, kami berkumpul di pekarangan. Orang dewasa makan jagung rebus, anak-anak bermain trang bulang di bawah rembulan.
Itu sekolah pertamaku tentang kebersamaan dan siklus alam,” kenangnya.
Alam menjadi guru pertama yang mengajarkannya tentang harmoni pelajaran yang kelak menjadi fondasi pekerjaannya.
Cita-cita masa kecilnya menjadi psikolog kandas oleh lika-liku hidup.
Chiendu pernah terjatuh dalam jurang yang dalam, periode kelam yang ia enggan rinci.
Namun, dari sana, benih kesadaran tumbuh.
“Tuhan membimbingku perlahan. Aku tak sekolah formal untuk ini. Semua datang secara alami, seperti sungai yang menemukan jalannya sendiri,” ujarnya tentang profesi yang kini ia tekuni.
Sebagai trauma healing facilitator, ia menggunakan pendekatan holistik yang memadukan intuisi, astrologi, dan tarot.
“Aku hanya perpanjangan tangan Tuhan. Tugasku membantu mereka yang selaras dengan getaran jiwaku menemukan cahaya dalam luka,” jelas Chiendu.
Baginya, setiap sesi penyembuhan adalah ritual sakral, bukan sekadar konsultasi.
Chiendu mengaku tak memiliki keluhan dalam profesinya.
“Astungkara (berkat Tuhan yang Esa), aku bahagia. Ini bukan pekerjaan, tapi pelayanan,” ujarnya.
Ia meyakini bahwa kemampuan untuk berbagi kesah dan rasa dengan sesama adalah anugerah yang harus dipakai untuk kebaikan.
“Ketika klienku menemukan jawaban atau mulai sembuh, itu seperti melihat kuncup mekar. Aku merasa utuh,” tambahnya.
Chiendu tak henti mendoakan agar cinta kasih menjadi salep bagi luka batin manusia.
“Aku berharap setiap orang menemukan kekuatan untuk menyembuhkan diri, lalu bangkit dengan daya yang utuh,” ucapnya.
Ia juga memanjatkan harapan universal:
“Semoga semua doa baik di-aminkan di waktu terbaik, dan hidup kita selaras dengan berkat Hyang Widhi Wasa.”
Chiendu menutup dengan pesan yang dalam:
“Jangan berhenti di mana pun kau berada, baik di lembah rendah atau puncak tinggi. Hidup adalah tentang belajar. Dan mari jatuh cinta lagi pada hidup.”
Baginya, jatuh cinta pada hidup berarti merangkul setiap detik sebagai guru: senyum bahagia, air mata pahit, bahkan kebisuan antara bintang-bintang.
Source image: chiendu

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










