Dea: Jalani, Nikmati, dan Syukuri!
Iniloh.com Jakarta- Setiap orang memiliki resep sendiri untuk menjalani hidup.
Bagi Dea, seorang perempuan yang lahir dan besar di Kota Bandung, resep itu terangkum dalam tiga kata sederhana namun penuh kekuatan: Jalani, Nikmati, Syukuri.
Prinsip ini bukanlah teori kosong, melainkan kristalisasi dari perjalanan hidupnya yang penuh warna, liku, dan rasa syukur yang mendalam.
Dea dibesarkan dalam kehangatan sebuah keluarga yang sederhana. Kenangan masa kecilnya diwarnai oleh kebersamaan yang penuh keakraban.
“Dulu waktu saya kecil kalau pergi seringnya jalan kaki, terkadang digendong oleh papah saya,” kenangnya.
Meski bukan berasal dari keluarga yang berada, ia merasakan betul bagaimana orangtuanya berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Dea adalah anak pertama dari tiga bersaudara, sebuah posisi yang seringkali mengajarkan tanggung jawab lebih awal.
Dalam perjalanan keluarganya, ada duka mendalam yang harus dihadapi: kepergian adik pertamanya di usia yang sangat muda, 9 tahun.
Pengalaman ini tentu meninggalkan jejak yang dalam, mengajarkannya tentang betapa berharganya setiap momen bersama orang terkasih.
Selepas masa kanak-kanak, Dea tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh. Semasa kuliah, ia tidak hanya fokus pada studi, tetapi juga merintis bisnis UMKM, menunjukkan jiwa wirausaha dan kemandiriannya yang kuat.
Dunia profesionalnya pun berwarna. Ia pernah menjelajahi berbagai bidang industri: telekomunikasi selama tiga tahun, farmasi selama setahun, dan garmen selama setahun.
Setiap fase tersebut adalah bagian dari proses pencarian dan pembelajarannya. Puncak dari perjalanan kariernya adalah ketika ia memutuskan untuk menjadi full-time mommy setelah kelahiran anak pertamanya.
Sebuah keputusan yang diambil dengan kesadaran penuh untuk mendampingi buah hatinya di masa-masa emas pertumbuhan.
Perjalanan berumah tangga selama tujuh tahun telah menjadi guru terbesar baginya dalam memaknai hubungan antar manusia.
Dea mengaku pernah menganut prinsip “take and give” dalam hubungan. Namun, waktu dan pengalaman membawanya pada pencerahan yang lebih dalam.
“Seiring berjalan waktu ternyata lebih enak itu ‘give and give’,” ujarnya.
Filosofi barunya ini tentang memberi tanpa mengharapkan timbal balik ternyata membawa ketenangan dan keikhlasan yang lebih besar dalam berumah tangga.
Dan yang menakjubkan baginya, justru dengan prinsip memberi ini, Allah memberikannya seorang suami yang “super duper perhatian”, yang tidak pernah menuntut, selalu mengutamakan kebahagiaan istri dan anak, serta menghadapi masalah dengan sikap yang santai.
Baginya, kunci utama di samping itu semua adalah keterbukaan dan kepercayaan.
Harapannya untuk keluarga di masa depan sederhana: agar selalu “sefrekuensi”.
Ia menyadari bahwa masalah akan selalu datang, tetapi selama ada keluarga sebagai satu tim yang solid, semuanya dapat dihadapi dengan kekuatan.
“Selama 7 tahun pernikahan, cobaan yang paling berat menurut kami adalah kesehatan,” tuturnya.
Pesan Dea bagi seluruh pembaca:
” Jalani hidup semestinya sesuai dengan kemampuan. Jalani, Nikmati, dan Syukuri “
Source image: dea

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










