Delany, Apapun Luka dan Traumamu, Kamu Akan Sembuh dengan Dirimu Sendiri
Iniloh.com Jakarta- Berasal dari Solo yang kini populer sebagai comfort place for slow living, Delany menyimpan pemahaman mendalam tentang filosofi kota kelahirannya.
Bagi dia, slow living Solo bukan sekadar soal harga hidup yang lebih murah daripada kota besar.
Esensinya terletak pada karakter warganya yang nrimo ing pandum , menerima dengan ikhlas segala anugerah Tuhan.
“Solo adalah tempatnya masyarakat yang ‘nrimo ing pandum‘,” jelas Delany.
Nilai inilah yang menjadi fondasi hidupnya: bersyukur atas setiap kesempatan, sekaligus gigih mengolahnya.
Solo bukan sekadar kota, tapi ruang jiwa tempat dia selalu bisa pulang.
Karir Delany ibarat kaleidoskop yang terus berputar penuh warna.
Sebagai sarjana hukum, jalannya justru membawanya menjelajah beragam dunia: ekonomi kreatif, event organizer, pengelola media sosial, hingga kini profesional di bidang digital marketing.
Dinamika ini sering memancing komentar.
“Banyak yang bilang terlalu banyak pekerjaan, ujung-ujungnya tidak punya skill yang expert,” ujarnya.
Tapi Delany punya perspektif berbeda. Bagi dia, ini bukan ketiadaan fokus, melainkan strategi eksplorasi diri.
“Aku hanya sedang memulai start duluan… menggali potensi sebanyak-banyaknya.“
Justru keragaman pengalaman inilah yang membentuknya menjadi kartu wildcard– sosok yang fleksibel dan bisa ditempatkan di berbagai situasi.
“Bisa ditempatkan dimana saja,” katanya dengan percaya diri.
Hobinya menjelajah tempat baru (travel) seringkali menyatu dengan pekerjaan, menciptakan simfoni yang seru.
“Suka duka hobi travel sekaligus bekerja? Lebih banyak sukanya !” candanya.
Setiap perjalanan membuka pintu pada pengalaman baru dan jaringan relasi yang berharga.
Tantangannya? Tak jarang ia menghadapi julid dan nyinyir. Tapi Delany tak goyah. Filosofinya teguh:
“Enjoyable life is when you are the one who really know about yourself.”
Baginya, kunci kebahagiaan adalah pengenalan diri mendalam yang memungkinkannya menetapkan batasan (boundaries), merawat diri, bahkan “memeluk diri sendiri”.
“Hidup akan bahagia ketika kamu betul-betul mengenali dirimu dan apa yang kamu inginkan,” tegasnya.
Nyinyiran orang lain tak lagi sanggup mengusik inner peace-nya.
Harapan dan doanya mencerminkan kepedulian yang dalam, terutama di era penuh tekanan.
“Yang paling penting, semua orang bisa sehat secara fisik maupun mental,” ucap Delany.
Ia melihat kesehatan holistik sebagai pondasi krusial untuk menghadapi dinamika dunia yang sangat cepat. Visi ini bukan untuk diri sendiri semata, tapi untuk kolektif.
Pesan terakhir Delany menyentuh ranah paling personal sekaligus universal – tentang penyembuhan:
“Apapun luka dan trauma mu, kamu hanya akan sembuh dengan dirimu sendiri.”
Source image: delany

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










