Dian Apriani Iskandar, Ketika Hidup Itu Persepsi Muka Bumi, Jadi Diri Sendiri Adalah Pencapaian Tertinggi

Dian Apriani Iskandar berasal dari sebuah kota kecil di tanah Pasundan, Cianjur. Meski kecil, Cianjur menyimpan banyak cerita dan kesan mendalam dalam hidupnya.

Kota ini menjadi tempat ia lahir, belajar, dan tumbuh, sekaligus menyajikan kekayaan tradisi, seni, dan budaya yang membuatnya selalu merasa hangat dan nyaman seperti di rumah.

Sejak kecil, Dian telah memiliki kecintaan mendalam terhadap seni. Faktor lingkungan dan darah seni yang mengalir dalam keluarganya menjadi pengaruh besar dalam hidupnya.

Dari usia dini, ia sudah senang tampil di depan banyak orang. Sejak TK, ia tak pernah malu untuk berdiri di atas panggung, mengikuti lomba paduan suara, dan berpartisipasi dalam berbagai acara sekolah.

Saat menginjak bangku SD, kecintaannya pada seni semakin berkembang.

Ia mulai belajar bermain gitar, bergabung dengan sanggar seni, mempelajari alat musik tradisional, hingga menjadi bagian dari kelompok gamelan Sunda atau “degung.”

Tak hanya itu, ia juga aktif dalam seni bela diri pencak silat serta mempelajari pupuh dan tembang Sunda.

Salah satu pengalaman berkesan di masa kecilnya adalah saat ia mengikuti lomba “Asah Kaparigelan,” sebuah ajang yang mengasah kemampuan public speaking dalam bahasa Sunda, menulis aksara Sunda, serta mendalami budaya khas Cianjur, seperti Ngaos, Mamaos, Maenpo.

Perjalanan seninya tak berhenti di sana. Saat SMP, ia tetap aktif dalam seni musik dan seni peran, hingga berhasil berkompetisi dalam Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).

Memasuki SMA, ia semakin mendalami musik dengan membentuk grup band, bergabung dengan paduan suara, serta berpartisipasi dalam kelompok teater.

Hingga saat ini, ia tidak pernah berhenti mengeksplorasi potensinya di dunia seni.

Bermain musik dan berkesenian bukan hanya sekadar hobi baginya, tetapi juga telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kesehariannya.

Lebih dari itu, seni kini juga menjadi profesi yang paling ia nikmati.

Dian percaya bahwa dunia hiburan adalah ruang yang menjaga jiwa tetap hidup.

Seni dan kreativitas selalu mendorongnya untuk produktif, terus berkarya, dan menciptakan inovasi baru.

Baginya, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat ide-ide kreatif bermunculan dan bisa diwujudkan dalam bentuk nyata.

Namun, ia juga memahami bahwa dunia seni dan hiburan tidak selalu mulus. Perbedaan selera dan perspektif setiap orang adalah tantangan tersendiri.

Karya-karyanya tak jarang mendapat kritik dan bahkan cemoohan, tetapi ia sudah siap menghadapi itu semua sebagai bagian dari perjalanan berkarya.

Dalam hidup, Dian memiliki harapan besar, baik untuk dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Ia berharap semua yang membaca ini dapat semakin “bersinar” dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam karier, ekonomi, kesehatan, sosial, maupun bidang lainnya.

Ia juga selalu mengingat sebuah kutipan yang pernah disampaikan oleh rekannya saat menjadi MC di sebuah acara:

Ketika hidup itu persepsi muka bumi, menjadi diri sendiri itu adalah pencapaian tertinggi.”

 

Source image: dian

You May Also Like

Mia Resmiati, Sukses Bukanlah Akhir, Kegagalan Bukanlah Hal yang Fatal
Mia Resmiati, Sukses Bukanlah Akhir, Kegagalan Bukanlah Hal yang Fatal
Astri Yuniati, Jangan Takut Ambil Keputusan Sulit Selama untuk Kebaikan Diri dan Keluarga 
Astri Yuniati, Jangan Takut Ambil Keputusan Sulit Selama untuk Kebaikan Diri dan Keluarga 
Cynthia Agatha de Ruiter, Konsisten Berusaha dan Berbuat Baik Hasil Pasti Kan Terlihat 
Cynthia Agatha de Ruiter, Konsisten Berusaha dan Berbuat Baik Hasil Pasti Kan Terlihat 
Maharatih, SH. MH: Hidup Adalah Seni yang Harus Dirajut dengan Kesadaran Penuh
Maharatih, SH. MH: Hidup Adalah Seni yang Harus Dirajut dengan Kesadaran Penuh
Yunita Kumala, Jangan Ikutan Tren Jika Tak Sesuai Nilai Diri
Yunita Kumala, Jangan Ikutan Tren Jika Tak Sesuai Nilai Diri
Nurul, Mimpi Itu Seperti Benih Rawatlah dengan Persiapan Mentalitas dan Kesabaran 
Nurul, Mimpi Itu Seperti Benih Rawatlah dengan Persiapan Mentalitas dan Kesabaran