Dian Salurante, Jangan Pernah Takut Melangkah Sendiri!
Iniloh.com Jakarta- Di ketinggian Toraja, di antara bukit-bukit hijau dan udara yang menyegarkan jiwa, Dian Salurante menempa ketangguhan dasarnya.
“Lahir dari keluarga sederhana yg pas-pasan,” kenangnya tentang masa kecil di tanah adat yang kaya tradisi itu.
Setiap hari, kaki kecilnya menempuh 1,6 kilometer ke sekolah pulang-pergi 3 kilometer melintasi jalanan kampung di mana semua orang saling mengenal.
Tanpa disadari, ritual harian itu menjadi fondasi baja untuk petualangan besarnya: menjadi pelari trail tangguh yang menjelajahi gunung-gunung Indonesia.
Sepuluh tahun lalu, Dian memutuskan merantau ke Papua, menjalani pola kerja unik: 9 minggu bekerja, 3 minggu pulang ke Toraja.
Awalnya, cuti panjang hanya ia habiskan di rumah. Hingga tahun 2020, sebuah ajakan mengubah segalanya. Komunitas RUNTORAJA membukakan pintu dunia baru.
“Lari buat seru-seruan,” ujarnya tentang awal yang penuh tawa.
Tapi keajaiban justru terjadi saat ia kembali ke Papua.
Di sana, jauh dari keramaian komunitas, Dian mulai lari sendirian. Di bawah langit senja atau gemintang malam, setelah seharian bekerja, ia menemukan ruang sakral:
“Me time terbaik untuk menenangkan pikiran, moment self-talk, mengenal tubuh dan diri sendiri.” Dalam kesendirian itulah jatidirinya bersemi.
“Sukanya bisa mengunjungi tempat baru dan bertemu orang-orang baru yang mensupport walau baru bertemu selama race,” kata Dian tentang pesona event lari.
Tapi perjalanan ini tak lepas dari pengorbanan. “Dukanya: jadwal kerja kadang tak sesuai jadwal race.”
Bahkan, ada rasa bersalah ketika cuti pulang kampung harus dikorbankan untuk ikut lomba di luar pulau, waktu berharga yang seharusnya untuk keluarga.
Namun, tekadnya tak goyah. Ia menyiasatinya dengan disiplin: latihan sore-malam setelah kerja, dan long run di hari libur.
Awalnya, ia akrab dengan road race marathon. Tapi 2024 menjadi titik balik: ia mencoba trail race dan langsung jatuh cinta.
Alam bebas, tanjakan terjal, dan rimbunnya hutan memberinya sensasi berbeda. Lalu di 2025, hidupnya berubah dramatis.
Dengan keberanian khas orang Toraja, ia mendaftar Ultra Trail Race, impian naik gunung yang terpendam sejak remaja akibat keterbatasan biaya dan izin.
Di luar dugaan, kaki yang dulu menempuh 3 km ke sekolah SD itu membawanya ke podium. Sebuah pencapaian yang membuktikan: kekuatan terbesar sering tersembunyi dalam diri kita, menunggu untuk ditemukan.
Harapannya kedepan sederhana namun penuh petualangan: “Semoga sehat selalu dan bisa mengunjungi lebih banyak tempat baru & gunung-gunung lainnya.”
Ia ingin terus berlari lebih jauh, bukan hanya untuk menaklukkan medan, tapi untuk semakin menemukan kekuatan dalam diri sendiri.
Setiap gunung, baginya, adalah cermin yang mengajarkan ketangguhan baru.
Pesan Dian untuk kita semua terasa seperti nasihat dari seorang pengembala gunung:
“Jangan pernah takut untuk melangkah sendiri. Terkadang saat sendirian kita menemukan diri dan kekuatan yang tak pernah disadari.
Nikmati setiap perjalanan hidup. Seperti berlari selangkah demi selangkah hingga tanpa terasa kamu tiba di tujuan.”
Source image: dian
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
