Dini Maharani, Tetap Fokus Usaha dan Doa!
Iniloh.com Jakarta- Ada ketabahan yang terpahat dalam di setiap senyum Dini Maharani.
Perempuan yang menghabiskan masa kecilnya di Cipayung Girang, Megamendung, Kabupaten Bogor ini tidak lahir dari kemewahan.
Kehidupan keluarganya sederhana, bahkan cenderung susah. Namun, kesulitan justru mengajarkannya arti berbagi dan saling memberi sejak dini.
“Biarpun dulu hidup susah, tapi kita saling memberi,” kenangnya.
Untuk membantu orang tua memenuhi biaya jajan dan ongkos sekolah, ia tak segan turun tangan, berjualan gorengan keliling kampung.
Pengalaman itu, meskipun berat, menempa jiwa pejuangnya.
Jalan hidup Dini menuju dunia tarik suara dimulai bukan dari ambisi, tapi dari desakan ekonomi.
Cita-citanya awalnya bukan menjadi penyanyi dangdut.
Namun, kenyataan pahit seperti SPP yang sering menunggak dan orang tua yang kerap dipanggil ke sekolah memaksanya mencari jalan keluar.
Berbekal bakat menyanyi dan “cengkok” alami yang ia miliki sejak kecil, sebuah peluang datang.
Temannya yang ayahnya memiliki peralatan sound (sound system) memintanya untuk menyanyi.
Pertunjukan pertamanya usai sekolah memberinya upah Rp 100.000, sebuah jumlah yang sangat berarti kala itu. Perjalanan awalnya tidak selalu mulus.
Ia pernah bertemu penyanyi senior yang galak dan dibayar dengan baju bekas, yang hingga kini masih disimpannya sebagai pengingat akan betapa berharganya setiap proses.
Sebagai penyanyi, tentu ada kepuasan materi.
“Sukanya punya uang dong pastinya,” ujarnya dengan jujur.
Namun, di balik itu, tersimpan luka. Profesinya kerap membuatnya dipandang rendah dan membuatnya sulit mendapatkan restu dari orang tua mantan pasangan dulu.
Stigma terhadap penyanyi dangdut menjadi dukanya yang paling menyakitkan.
Pengalamannya mengikuti kompetisi menyanyi seperti Swara Bintang juga memberinya pelajaran hidup yang berharga.
Di sana, ia belajar untuk tidak bisa percaya sepenuhnya kepada orang lain.
“Kadang temen yang di anggap baik malah lawan yang paling jahat dibelakang,” tuturnya pilu.
Namun, dari situasi sulit itu, ia justru menemukan hal positif.
Ibadahnya menjadi lebih baik dan matanya terbuka untuk membedakan mana yang tulus mendukungnya dan mana yang tidak.
Kini, harapan Dini sederhana: hidup lebih baik dari sebelumnya. Doa dan usahanya tidak pernah padam.
Refleksinya tentang hidup begitu dalam. Ia percaya bahwa rencana Tuhan selalu yang terbaik.
“Tuhan itu maha membolak-balikan hati manusia.
Terkadang apa yang kita impikan dari dulu belum tentu tepat untuk kita, tapi hal yang belum tepat untuk kita bisa jadi itu ladang rejeki untuk orang lain,” ujarnya penuh makna.
Ia membagikan pengalaman pribadinya dimana ia sering menolak job impiannya.
Bagi sebagian orang, ini mungkin sebuah pengorbanan, tapi Dini memilih untuk memandangnya dari sisi lain.
“Aku tolak banyak job impian aku, mungkin kurang tepat buat aku tapi jadi tempat mencari rejeki temen-teman aku jadinya.”
Dari sini, lahirlah keyakinannya yang teguh, “Aku yakin ada sesuatu yang special buat aku nanti.”
Pesan yang ia sampaikan kepada semua pendengarnya pun jelas dan membumi:
“Fokus usaha dan doa. Semangat.”
Source image: dini

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










