Doa Untuk Riris di Bukit Kasih Sayang & Nabawi
Oleh: Budi Wasono
Entah, apakah hanya sebuah kebetulan. Payung pembagian dari travel berwarna biru melindungiku dari paparan matahari yang begitu menyengat saat aku melangkah dan menatap satu tonggak sebagai monumen peringatan pertemuan antara Adam dan Eve (Siti Hawa) di bukit tandus nan gersang Jabal Rahmah. Bukit Kasih Sayang, kita sering menyebutnya.
Aku teringat apakah itu janji atau sekedar impian saat kita duduk berdua di selasar Masjid kampus sore itu. Disanalah kita saling merangkai mimpi bersama.
Entah kapan kita akan ke Tanah Suci sekaligus ke bukit Jabal Rahmah. Mimpi bersama tentang anak kita yang lucu dan lincah seolah begitu nyata kala kita berdua selepas ashar di Masjid Kampus itu.
Kuberharap dan berdoa sebuah keajaiban terjadi saat aku datang ke bukit Jabal Rahmah.
Riris, sekian lama aku menantimu, aku mencarimu. Tidakkah kau rasakan degup jantungku yang begitu kuat?
Siapa tahu di Bukit Kasih Sayang itu kita bertemu, kita bisa mendaki bersama, seperti janji kita dulu.
Riris, beberapa kali aku hadir di reuni teman-teman kampus, semua menanyakan dirimu. Mereka begitu yakin kalau kita akan datang bersama. Bahkan mereka masih ingat payung legenda kita, payung biru yang selalu kita pakai saat di kampus.
Mereka tak percaya kalau kita putus kontak selepas acara wisuda. Saat itu begitu cepat aku harus terbang mengejar beasiswa, dan dirimu pulang kampung ke Sumatera. Sejak itu hanya penantian dan pencarian yang bisa kulakukan.
Bertahun tahun aku coba melacak dan mencari jejakmu. Namun nihil tiada hasil. Aku hanya bisa tersenyum kecut saat teman-teman bercerita masa-masa di kampus apalagi soal cerita tentang payung kita. Aku kangen akan kebersamaan saat kita setiap hari berpayung bersama menyusuri jalan kampus.
Riris, dikeheningan Masjid Nabawi yang syahdu malam itu aku panjatkan doa untukmu. Dimanapun kau berada, semoga kebahagiaan senantiasa bersamamu. Kerongkonganku terasa tercekat, seolah aku tak rela bilamana kau telah…………………………….
Untuk kesekian kalinya aku harus meneteskan airmata saat mengenangmu dalam kesendirian. Bilamana kau memang telah kembali kepada Sang Khalik, kumohon kepada Tuhan agar kau diberikan tempat yang terbaik dan terindah.
Kumohon surga yang terindah buatmu. Walau hanya dalam doa, seolah aku tak rela bila kau telah mendahuluiku.
Aku berharap dan berdoa kau masih ada dan kita akan bertemu kembali. Dibawah semilir angin malam dipelataran Masjid Nabawi.
Dengan lirih aku ucapkan, Riris terima kasih atas kebersamaan kita. Terima kasih atas kebahagiaan yang telah kau hadirkan dalam sepenggal perjalan hidup ini.
Rembulan yang begitu terang bersinar diatas Menara Masjid Nabawi mengingatkanku pada senyum manismu yang selalu meneduhkan hati.
Riris, aku kangen…………………………………………………………..

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










