dr. AA. Ayu Githasari Dewi,Sp.M: Kita Tidak Bisa Membahagiakan Semua Orang!

Iniloh.com Jakarta- Lahir dan dibesarkan di Denpasar, Bali, AA Ayu Githasari Dewi atau disapa Githa tumbuh dalam naungan kehangatan keluarga yang menjadi fondasi hidupnya.

Saya lahir dan besar di kota Denpasar,” tuturnya, menggambarkan latar belakangnya sebagai anak tengah “diapit satu kakak dan satu adik laki-laki”.

Kehidupan keluarga intinya penuh cinta, sementara kunjungan rutin ke rumah kakek nenek memperkuat ikatan dengan keluarga besar.

Kehangatan Bali yang tak hanya terasa dari udaranya, tapi juga dari hubungan kekerabatan yang erat, membentuk pribadinya yang penuh kasih dan tanggung jawab.

Profesi Githa saat ini sebagai Dokter Spesialis Mata bukanlah kebetulan, melainkan realisasi mimpi yang dipegangnya teguh sejak kecil.

Kebetulan memang sejak kecil saya bercita-cita menjadi dokter. Gak pernah punya cita-cita lain,” ungkapnya dengan tawa.

Meski kedua orang tuanya bukan dokter, jejak kakeknya sangat berpengaruh.

Kakek saya merupakan salah satu dokter senior yang terkenal di Bali, yang namanya sekarang diabadikan menjadi nama rumah sakit di Bali,” jelasnya.

Figur kakek dan beberapa pamannya yang berprofesi dokter menjadi inspirasi utamanya, menyalakan api keinginan untuk mengikuti jejak pelayanan mereka.

Perjalanan menuju spesialis mata adalah maraton ketahanan dan dedikasi. Githa memaparkan rinciannya:

Sekolah sarjana kedokteran selama 4,5 tahun, dilanjutkan koas selama 1,5 tahun.”

Setelah lulus ujian kompetensi, masih ada kewajiban internship selama setahun sebelum benar-benar bisa praktik mandiri.

Belum berakhir di situ, pendidikan spesialisnya sendiri memakan waktu kurang lebih selama 4-5 tahun. Total lebih dari satu dekade disiapkannya.

Pengorbanannya besar: “Disaat teman-teman lain yang seumuran sudah menyandang gelar sarjana, sudah bisa mandiri bekerja dan berpenghasilan, bahkan berkeluarga, kami masih sekolah, masih membutuhkan support dari orang tua.”

Ditambah lagi, banyak waktu bersama keluarga yang hilang karena harus menjalankan tugas di rumah sakit.

Namun, kepuasan yang didapatkannya tak ternilai.

Kebahagiaan membanggakan keluarga besar dan nama kakeknya, serta sukacita mendalam saat bisa membantu pasien dari tidak bisa melihat menjadi bisa melihat.

Sebagai ibu dari dua anak dan istri, Githa sangat paham arti keseimbangan.

Kesadarannya akan pentingnya waktu keluarga membuatnya mengambil keputusan strategis dalam karir.

Sebelumnya saat awal-awal menjadi dokter, saya menggunakan semua ijin praktek saya dan berpraktek di 3 tempat,” akunya.

Namun, status barunya sebagai ibu memaksa evaluasi: “Akhirnya saya memutuskan melepaskan satu praktek saya dan hanya di 2 tempat.

Alasannya tegas: “Saya tidak mau kehilangan momen untuk mengikuti perkembangan anak saya.”

Strateginya konkret: “Ada hari-hari dimana saya mulai praktek siang hari sehingga masih bisa mengantar dan menjemput anak di sekolah.”

Bahkan jeda antar praktek pun dimanfaatkan secara efisien, untuk bertemu teman atau olahraga. Batasan waktu kerja juga ditegaskan:

Jam selesai praktekpun saya batasi sampai jam 8,” sehingga malamnya tetap bisa untuk “bertemu suami dan anak-anak dan melakukan aktivitas bersama.”

Setiap keputusan waktunya adalah perhitungan cermat untuk memastikan peran sebagai dokter dan ibu berjalan harmonis.

Harapan dan doa Githa berpusat pada fondasi yang paling vital: kesehatan.

Tentu harapan dan doa saya yang utama adalah saya dan semua keluarga saya sehat,” tegasnya.

Baginya, sehat adalah sumber dari segalanya. Dengan kesehatan, karir dan ekonomi dapat dikejar, interaksi sosial bisa dinikmati tanpa batas, dan kebahagiaan lebih mudah diraih.

Ini adalah perspektif yang lahir dari pengalaman langsung sebagai dokter yang menyaksikan betapa berharganya kesehatan.

Pesan Githasari Dewi untuk pembaca adalah mantra hidup yang bijak dan membebaskan:

“Kita tidak bisa membahagiakan dan memenuhi ekspektasi semua orang.

Cukup lakukan apa menurutmu benar, baik untukmu dan orang sekitarmu.

Hanya diri sendirilah yang tau tentang hidupmu. Jalani, nikmati dan syukuri semua yang kamu bisa lakukan dan kamu miliki.”

 

 

Source image: githa

You May Also Like

dr. AA. Ayu Tri Bhuana Komala Sari, M. Biomed ( AAM): Jangan Pernah Meragukan Kemampuan Kita Sendiri
dr. AA. Ayu Tri Bhuana Komala Sari, M. Biomed ( AAM): Jangan Pernah Meragukan Kemampuan Kita Sendiri
Ayu Wulandary, Kebahagiaan Kita Adalah Tanggung Jawab Kita Sendiri Tak Bisa Ditentukan Orang Lain
Ayu Wulandary, Kebahagiaan Kita Adalah Tanggung Jawab Kita Sendiri Tak Bisa Ditentukan Orang Lain
Dewa Ayu Elsa, Apa yang Jadi Kelemahan Kita Sesungguhnya Itu Adalah Kekuatan yang Tersembunyi
Dewa Ayu Elsa, Apa yang Jadi Kelemahan Kita Sesungguhnya Itu Adalah Kekuatan yang Tersembunyi
Ayu Meida, Masa Depan Itu Kita yang Tentukan Sendiri
Ayu Meida, Masa Depan Itu Kita yang Tentukan Sendiri
Ayu Dewi Utari, Pergilah Sejauh Mungkin Di Mana Kamu Bisa Belajar dengan Melakukan Hal Baru
Ayu Dewi Utari, Pergilah Sejauh Mungkin Di Mana Kamu Bisa Belajar dengan Melakukan Hal Baru
Ayu Rahartian, Dengan Lari Kutemukan Esensi Hidup
Ayu Rahartian, Dengan Lari Kutemukan Esensi Hidup