Dr. Destiya Nursahar, Jangan Pernah Setengah-Setengah Mempelajari Sesuatu!
Iniloh.com Jakarta- Lahir dari perpaduan budaya ayah Padang-Manado dan ibu Semarang, Dr. Destiya Nursahar atau yang akrab disapa Tata, menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Bekasi.
Bekal kehidupan multikultural dalam keluarganya mungkin telah memberinya fondasi untuk memahami kompleksitas manusia, sebuah bekal yang kelak sangat berguna dalam jalur kariernya yang tak terduga.
Siapa sangka, seorang pengacara yang tangguh di ruang pengadilan ternyata pernah bercita-cita menjadi desainer interior.
Impian untuk menata ruang itu sempat mengakar, namun ia menyadari bahwa bakat menggambarnya tidak cukup mendukung.
Alih-alih memaksakan diri, Tata memilih untuk berpindah haluan. Pilihannya jatuh pada dunia hukum.
Keputusan itu ternyata bukan sekadar “plan B”, melainkan jalan hidup yang tepat.
Ia menekuni bidang hukum dengan sangat serius, membuktikan komitmennya dengan menyelesaikan pendidikan hingga meraih gelar Doktor (S3).
Kini, sebagai seorang pengacara yang aktif menangani beragam kasus perdata dan pidana, Tata menemukan kecintaannya yang baru pada profesi ini.
Baginya, dunia hukum adalah dunia yang dinamis dan jauh dari kata monoton.
“Setiap masalah yang ditangani kasusnya berbeda-beda, sehingga mengharuskan kita untuk belajar mencari solusi untuk membela kepentingan klien dan terus mengupgrade ilmu,” ujarnya.
Inilah suka dari profesinya; tantangan yang terus memacu pertumbuhan intelektual dan strategis.
Namun, di balik kepuasan intelektual tersebut, ada duka yang ia rasakan secara mendalam.
Ia dengan jujur mengkritisi kondisi hukum di Indonesia yang menurutnya masih tajam ke bawah, tumpul ke atas.
Sebuah pernyataan yang menggambarkan keprihatinannya akan ketimpangan justice yang masih terjadi.
Agar tetap waras dan enjoy dalam menjalani dinamika karier yang menantang, Tata memiliki ritual rutin: solo traveling setiap tiga bulan sekali.
Perjalanan solo ini adalah bentuk self-reward, waktu untuk merenung, melepas penat, dan merayakan usahanya sendiri.
Di sela-sela waktu luangnya, ia mengisi jiwa dengan berbagai aktivitas positif.
Bukan sekadar hobi, golf adalah salah satu caranya untuk tetap aktif dan fokus.
Jiwa sosialnya ia tuangkan dengan menjadi relawan guru untuk anak-anak di panti asuhan, sebuah kegiatan yang mengingatkannya pada makna memberi.
Tak lupa, hangout dengan teman-teman menjadi penyegar hubungan sosialnya.
Ke depan, harapan Dr. Destiya Nursahar sederhana namun penuh makna. Ia ingin terus mengisi waktu dengan hal-hal yang produktif, namun tidak semata-mata berorientasi pada uang.
“Harus bermanfaat membantu orang lain yang membutuhkan,” tegasnya.
Filosofi inilah yang menjadi kompas hidupnya.
Untuk para pembaca, ia menyampaikan pesan yang jelas dan tegas, yang mungkin terinspirasi dari perjalanan hidupnya sendiri:
“Jangan pernah setengah-setengah mempelajari suatu hal.
Carilah satu bidang yang paling kamu sukai dan fokuslah di situ sampai kamu menjadi ahli di bidang tersebut.”
Source image: tata

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










