dr. Hasti Halisi, Kalau Hari Ini Suram Yakinlah Besok Akan Cerah

Iniloh.com Jakarta- Hasti Halisi lahir dan besar di Raha, kabupaten di Sulawesi Tenggara yang dikenal dengan kekayaan alam dan budaya.

Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan.

Ayah selalu bilang, pendidikan adalah satu-satunya harta yang tak bisa direbut orang,” ujarnya.

Sang ayah, yang tak sempat meraih cita-cita muda karena keterbatasan ekonomi, menjadi sosok paling berpengaruh dalam hidup Hasti.

Dari desa kecil ini, nilai-nilai ketekunan dan kesederhanaan mengalir dalam darahnya, membentuknya menjadi pribadi yang rendah hati namun ambisius.

Awalnya, Hasti tak pernah bermimpi menjadi dokter. Impiannya sederhana: bekerja sebagai karyawan di kantor swasta.

Namun, sebuah percakapan dengan ayahnya mengubah segalanya.

Saat lulus SMA, Ayah bercerita bahwa dulu ia ingin sekali jadi dokter. Tapi ekonomi keluarga tak memungkinkan,” kenangnya.

Dekatnya hubungan Hasti dengan sang ayah membuat ia memutuskan untuk melanjutkan cita-cita yang terpendam itu.

Aku ingin membahagiakannya, sekaligus membuktikan bahwa mimpinya bisa kuwujudkan,” tambahnya.

Perjalanan tak mudah. Dari Raha ke kota besar, ia harus beradaptasi dengan budaya baru dan tekanan akademik. Tapi dukungan ayahnya menjadi bahan bakar.

Setiap kali lelah, aku ingat bagaimana Ayah bekerja keras untuk biayai pendidikanku. Itu membuatku tak boleh menyerah,” ujarnya.

Kini, sebagai dokter, Hasti tak hanya merawat pasien, tetapi juga menghidupkan harapan ayahnya yang dulu terpaksa mengubur mimpi.

Di balik kesibukannya, Hasti memiliki daftar harapan yang terdengar sederhana, namun penuh makna.

Pertama, ia ingin tetap sehat agar bisa terus berkarya. Kedua, ia berharap bisa selalu dekat dengan sang ayah, sosok yang menjadi sumber motivasi terbesarnya.

Ayah adalah alasan aku ada di sini. Aku ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya,” katanya.

Ia juga bercita-cita melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, meski menyadari tantangannya.

Dunia medis terus berkembang. Aku harus terus belajar agar tak ketinggalan,” ucapnya.

Selain itu, Hasti ingin berada di lingkungan kerja yang positif dan dikelilingi orang-orang baik.

Lingkungan itu seperti pupuk. Kalau subur, kita akan tumbuh dengan baik,” ujarnya.

Hasti percaya bahwa hidup adalah rangkaian pasang-surut.

Kita tak akan terus bahagia atau terus sedih. Kalau jatuh, bangun lagi. Kalau hari ini suram, yakinlah besok akan cerah,” ujarnya.

Prinsip ini ia pegang saat menghadapi tekanan kerja sebagai dokter atau saat rasa lelah fisik dan mental menyerang.

Kuncinya adalah bersabar dan percaya bahwa setiap fase buruk pasti berlalu,” tambahnya.

Ia juga mengajarkan pentingnya menerima emosi.

Sedih itu manusiawi. Tapi jangan larut. Menangislah, lalu bangkit. Karena di balik air mata, ada kekuatan yang menunggu untuk dikeluarkan,” pesannya.

Sebagai dokter, Hasti tak hanya fokus pada kesembuhan fisik pasien, tetapi juga kesehatan mental mereka.

Ia kerap menyisipkan kata-kata penyemangat dalam interaksi sehari-hari.

Menyembuhkan itu tak cuma soal obat. Kadang, telinga yang mendengar dan hati yang empati lebih mujarab,” ujarnya.

 

Source image: hasti

You May Also Like

Iin Amriani, Jangan Katakan Sesuatu Itu Susah Sebelum Kita Mencobanya
Iin Amriani, Jangan Katakan Sesuatu Itu Susah Sebelum Kita Mencobanya
Anggun Nikmatia, Senyum Adalah Sebentuk Ibadah Sederhana dari Kebahagiaan dan Dapat Menyebar Ke Lainnya
Anggun Nikmatia, Senyum Adalah Sebentuk Ibadah Sederhana dari Kebahagiaan dan Dapat Menyebar Ke Lainnya
Sukma Trisna, Waktu Kita yang Atur Jangan Kita yang Diatur Waktu!
Sukma Trisna, Waktu Kita yang Atur Jangan Kita yang Diatur Waktu!
Restianti Amanda, Teruslah Melangkah Insya Allah Kan Sampai Ke Tujuan
Restianti Amanda, Teruslah Melangkah Insya Allah Kan Sampai Ke Tujuan
Kartika Nofianti Nugroho, Tekuni Satu Bidang Hingga Kita Bisa Atasi Masalah di Sana dengan Tuntas
Kartika Nofianti Nugroho, Tekuni Satu Bidang Hingga Kita Bisa Atasi Masalah di Sana dengan Tuntas
Fajwah Azizah, Jangan Minder dengan Proses yang Sedang Kita Jalani
Fajwah Azizah, Jangan Minder dengan Proses yang Sedang Kita Jalani