dr. Imas Rahadyta, Berjuanglah dalam Versi Terbaikmu!

Iniloh.com Jakarta- Di jantung Yogyakarta yang sarat budaya keraton, Imas Rahadyta tumbuh dalam pelukan nilai-nilai luhur.

Jogja mengajarkanku tata krama, kehangatan keluarga, dan tekad baja,” ujar dokter muda ini.

Nilai itu tertanam sejak awal kehidupan yang dramatis: ia lahir sebagai kembar melalui operasi sesar darurat.

Ketika saudara kembarnya selamat, Imas justru bertarung dengan asfiksia neonatorum,  sesak nafas yang mengharuskan seminggu di inkubator.

Di balik kaca itu, aku belajar pelajaran pertama: hidup adalah perjuangan untuk melihat senyum ibu.

Cita-citanya menjadi dokter dibayar mahal. Kuliah kedokteran di Maluku memaksanya berhadapan dengan lautan harfiah:

Setiap hari menyeberang pakai speedboat 30 menit ke kampus. Kalau hujan, sampai di kelas sudah basah kuyup!

Tantangan memuncak saat kapal kecil yang ditumpanginya oleng.

Aku yang tak bisa berenang nekat terjun ke air. Dengan menahan panik, justru saat itulah aku belajar mengapung.”

Pengalaman near-death itu menjadi metafora hidupnya: kadang kita harus berani jump into the deep end untuk menemukan kekuatan tersembunyi.

Kini, stetoskopnya tak sekadar alat medis, tapi simbol komitmen.

Kebanggaan terbesar adalah melayani masyarakat terpencil dengan ketulusan hati,” katanya.

Di luar klinik, ia menyebarkan virus sehat melalui konten kreatif.

Run Sport,  program lari virtual karyanya – menjadi gerakan nasional: “Aku ingin masyarakat tergerak mengubah gaya hidup! Sehat itu investasi tanpa batas usia.

Harapannya membentang luas bak peta Indonesia, ia ingin menjadi dokter keluarga yang siap merawat orang tua dan kerabat dengan penuh dedikasi.

Tak berhenti di situ, ia juga bertekad membangun fasilitas toilet khusus disabilitas dan menggerakkan komunitas peduli kanker untuk memberikan dukungan nyata.

Tak kalah penting, ia ingin terus memberi semangat serta optimisme kepada para penderita gangguan jiwa.

Namun yang paling utama, semua upaya ini diarahkan untuk satu tujuan besar, menginspirasi budaya hidup sehat melalui aksi nyata yang konkret dan berkesinambungan!

Dengan suara tenang nan mantap, ia berbagi filosofi hidup:

“Kita adalah nahkoda bagi diri sendiri. Tak ada perjalanan terlalu cepat atau lambat, semua kapal akan bersandar di tujuannya masing-masing.

Jadi, berlayarlah dengan versi terbaikmu!”

Dari inkubator RS hingga pelosok Maluku, perjalanan Imas membuktikan: tantangan terberat sering melahirkan kekuatan terhebat.

Di akun Instagram @dytarahadyt, ia terus membagikan panduan kesehatan praktis dan motivasi lari,  bukti konsistensinya sebagai “dokter yang meresepkan semangat”.

Seperti kata bijak Jawa yang ia hidupi:

Nggayuh ing gegayuhan“, meraih cita-cita setinggi langit, Imas tak pernah berhenti mendayung perahu pengabdiannya.

Baginya, setiap napas pasien yang pulih adalah pelabuhan kebahagiaan.

 

Source image: imas

You May Also Like

Hesti Agustina, Jangan Banyak Bertanya, Segera Mulailah dan Berjuanglah Maksimal Meraih Cita-cita
Hesti Agustina, Jangan Banyak Bertanya, Segera Mulailah dan Berjuanglah Maksimal Meraih Cita-cita
dr. Yulia WP, M.Biomed, MH.Kes, AIFO-K: Jadilah Sebaik-baiknya Versi Diri Kita Untuk Lingkungan Sekitar
dr. Yulia WP, M.Biomed, MH.Kes, AIFO-K: Jadilah Sebaik-baiknya Versi Diri Kita Untuk Lingkungan Sekitar
Stella Angelina, Tetaplah Berfikir Positif dan Berusaha Jadi Versi Terbaik Diri Kita Tiap Harinya
Stella Angelina, Tetaplah Berfikir Positif dan Berusaha Jadi Versi Terbaik Diri Kita Tiap Harinya
Dewi Retno Kasimpar, Jadilah Versi Terbaik Kita dan Jangan Takut Bermimpi Besar
Dewi Retno Kasimpar, Jadilah Versi Terbaik Kita dan Jangan Takut Bermimpi Besar
Eka Juniawati, Belajar Menerima Proses dan Jadilah Versi Terbaik Kita
Eka Juniawati, Belajar Menerima Proses dan Jadilah Versi Terbaik Kita
Novita Wardani, Tak Harus Sempurna Dimata Orang, Cukup Jadi Versi Terbaik Diri Kita Sendiri
Novita Wardani, Tak Harus Sempurna Dimata Orang, Cukup Jadi Versi Terbaik Diri Kita Sendiri