dr. Rizky Diah Permatasari, Bahagia Adalah Bonus Ketika Kita Bisa Bersyukur
Iniloh.com– Lahir dan besar di Makassar, Sulawesi Selatan, dr. Rizky Diah Permatasari tumbuh dalam pelukan hangat keluarga dan keramahan khas masyarakat Bugis-Makassar.
Kota pesisir yang terkenal dengan lautnya yang biru dan jiwa pantang menyerah ini menjadi fondasi bagi kepribadiannya yang penuh empati.
“Aku dibesarkan di lingkungan yang mengajarkan arti kebersamaan. Setiap tetangga seperti keluarga sendiri, dan itu membentuk caraku memandang hidup,” ujarnya.
Nilai-nilai inilah yang mengalir dalam darahnya, membimbingnya dari gadis kecil bercita-cita jadi dokter hingga menjadi penyembuh yang tak hanya mengandalkan ilmu, tetapi juga hati.
Impian menjadi dokter telah tertanam dalam diri Rizky sejak ia masih duduk di bangku SD.
“Dulu, setiap ditanya cita-cita, jawabanku selalu sama: dokter. Bahkan sampai lulus SMA, tekad itu tak pernah goyah,” kenangnya.
Ketekunannya berbuah manis: ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, kampus ternama di Makassar.
Di sinilah perjalanan panjangnya dimulai—belajar tak hanya tentang anatomi tubuh, tetapi juga tentang arti nyawa dan tanggung jawab.
Sebagai dokter yang kerap bertugas di IGD, Rizky akrab dengan momen-momen pilu.
“Setiap pulang jaga, kadang aku masih membawa beban emosi. Melihat pasien memburuk atau tak tertolong, rasanya seperti ditampar untuk lebih menghargai arti kehidupan,” ungkapnya.
Namun, justru di ruang gawat darurat itu, empatinya terus diasah.
“Setiap pasien mengingatkanku bahwa dokter bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan untuk menjadi manusia yang peka,” tambahnya.
Di tengah tuntutan profesinya, Rizky punya cara unik menjaga keseimbangan: menghabiskan waktu dengan orang-orang terkasih.
“Aku tipe yang suka banget kumpul dengan sahabat atau keluarga. Itu cara healing paling ampuh buatku!” ujarnya bersemangat.
Baginya, canda tawa bersama orang terdekat adalah sumber energi yang mengisi kembali “baterai” emosionalnya setelah hari-hari berat di rumah sakit.
Tak lupa, ia juga menyisihkan waktu untuk me time, entah menonton film favorit atau sekadar menikmati secangkir kopi di pagi hari.
Ketika ditanya doa terbesarnya, jawaban Rizky sederhana namun penuh makna:
“Semoga semua orang selalu sehat dan bahagia.” Kalimat ini bukan sekadar ucapan formal, melainkan refleksi dari pengalamannya sehari-hari.
“Aku melihat betapa berharganya kesehatan setiap hari. Bahagia itu bonus ketika kita sudah bisa bersyukur,” tuturnya.
Ia juga berharap bisa terus berkembang di dunia medis, sembari membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Rizky meyakini bahwa hidup adalah akumulasi dari langkah-langkah kecil.
“Tidak semua langkah membawa kita langsung ke tujuan, tetapi setiap langkah selalu memiliki makna,” katanya, mengutip filosofi hidupnya.
Pesannya untuk masyarakat Indonesia: “Jangan ragu memulai, sekecil apa pun itu. Konsistensi dan keyakinan akan membawa kita pada hal-hal besar yang tak terduga.”
Kini, selain aktif menangani pasien, Rizky juga membagikan keseharian dan inspirasi melalui Instagram (@rizkikoyyy).
Dari tips menjaga kesehatan mental hingga kisah-kisah mengharukan di balik layanan medis, ia ingin mengajak publik melihat dunia kesehatan dari sudut pandang yang lebih manusiawi.
“Aku percaya, setiap kisah yang kubagikan bisa menjadi pengingat bahwa di balik jas putih, ada hati yang berjuang bersama pasien,” ujarnya.
Dengan semangat pantang menyerah khas orang Makassar, dr. Rizky Diah Permatasari terus melangkah, menjembatani ilmu medis dan empati, menyembuhkan luka fisik sekaligus menyentuh jiwa.
Seperti laut di kota kelahirannya, ia hadir dengan tenang namun penuh keteguhan, mengingatkan kita bahwa setiap gelombang kehidupan, jika dihadapi dengan hati, akan membawa hikmah tersendiri.
Source image: rizky

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










