drg. Ade Amalia, No Matter How Hard Life, Don’t Lose Hope
Iniloh.com Jakarta- Ade Amalia lahir dan tumbuh di Purbalingga, kota kecil di Jawa Tengah yang ia sebut “penuh ketenangan”.
Anak sulung dari pasangan guru SD dan wiraswasta ini dibesarkan dalam keluarga sederhana yang hangat.
“Ibu dan Bapak tak pernah bergelimang harta, tapi mereka berkorban agar aku dan adik mendapat pendidikan terbaik,” kenangnya.
Ayahnya, sosok tegas yang mendorongnya untuk berprestasi, dan ibunya, guru di SD tempat Ade bersekolah, menjadi alasan ia tak ingin mengecewakan.
“Aku harus jadi contoh sebagai anak guru. Aku ingin Ibu bangga,” ujarnya.
Prestasinya bersinar: dari SD kampung, ia masuk SMP 1 dan SMA 1 Purbalingga—sekolah favorit se-kabupaten.
Titik balik hidupnya datang di 2013, saat ia duduk di kelas 12 SMA. Ayahnya meninggal setelah berjuang melawan sakit.
“Saat itu, rasanya dunia runtuh. Tapi celetukan Bapak di teras rumah tentang mimpiku jadi dokter terus mengiang,” ceritanya.
Dengan tekad menguatkan ibu dan adik, ia menjejali hari dengan belajar.
Hasilnya: ia diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) tahun itu juga. “Ini jawaban doa Ibu dan Bapak di surga,” katanya.
Pilihan menjadi dokter gigi bukan kebetulan. Sejak kecil, Ade kerap menjuarai lomba kesenian.
“Darah seni mengalir deras, tapi aku juga ingin berkontribusi di bidang medis. Dokter gigi adalah titik temu keduanya: merancang senyuman indah lewat gigi sehat,” jelasnya.
Baginya, setiap prosedur dental adalah karya seni yang berdampak pada kepercayaan diri pasien.
Kini, sebagai dokter gigi, Ade tak hanya berpraktik, tetapi juga aktif membuat konten edukasi di media sosial.
“Setiap hari aku bertemu pasien dengan karakter unik dan masalah beragam. Aku ingin berbagi pengetahuan dengan cara yang relatable,” ujarnya.
Kontennya, yang kerap dibumbui analogi kehidupan sehari-hari, menjadi jembatan antara jargon medis dan pemahaman masyarakat awam.
Menjadi dokter sekaligus kreator konten bukan perkara mudah. Ade mengaku kunci utamanya adalah passion dan manajemen waktu.
“Aku buat timeline harian, lalu jalani dengan disiplin. Tapi ketika lelah, aku tak memaksakan diri. Healing itu penting: ambil napas dalam, refleksi, cari inspirasi, lalu bangkit dengan semangat baru,” paparnya.
Ia juga tak menampik bahwa perjalanannya tak lepas dari duka: kehilangan ayah, tekanan akademik, hingga fase burnout.
“Tapi selama kita punya ‘mengapa’ yang kuat, ‘bagaimana’ akan mengikuti,” tegasnya.
Ade percaya bahwa kebaikan adalah siklus. “Semoga aku bisa selalu menjadi orang baik yang dikelilingi kebaikan,” ucapnya.
Pesan hidupnya terinspirasi dari perjalanannya sendiri:
“No matter how hard life, don’t lose hope. If there is a will, there is a way.”
Baginya, keberuntungan adalah hasil dari usaha yang diperjuangkan dan doa yang tak putus.
“Di titik terendah, justru Allah mengangkat derajatku”. tandasnya.
Source image: Ade Amalia

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










