drg. Ida Ayu Draupadi, As A Flower, So Do You Blooms At The Time Is Right
Iniloh.com Jakarta- Denpasar, Bali, kota yang memadukan tradisi dan modernitas menjadi tanah kelahiran Ida Ayu Draupadi, atau yang akrab disapa Dayu.
Perempuan berdarah Bali ini tumbuh di tengah keluarga hangat yang mendukung penuh setiap langkahnya.
“Di rumah, kami diajari untuk selalu bersyukur dan berpikir positif. Dukungan orang tua membuat saya percaya, tak ada mimpi yang terlalu tinggi asal diiringi usaha,” ujarnya.
Meski kini dikenal sebagai dokter gigi dan dosen, jalan hidup Dayu sempat berliku antara gairah akan olahraga dan panggilan hati ke dunia medis.
Sebelum memakai jas putih, Dayu lebih dulu akrab dengan jersey basket.
Sejak kecil, ia menekuni olahraga tersebut dengan serius, bahkan mewakili kota, provinsi, hingga Indonesia di kancah internasional.
Puncaknya, ia menjadi salah satu delegasi Diadora Basketball League (DBL) Indonesia yang berlaga di Seattle, AS, saat SMA.
“Waktu itu, basket adalah hidup saya. Latihan setiap hari, turun ke lapangan dengan semangat membara,” kenangnya.
Namun, di tengah kesibukan sebagai atlet, pengaruh sang ibu, seorang dokter gigi pelan-pelan mengalihkan minatnya.
“Saya sering lihat ibu menangani pasien. Cara beliau berkomunikasi dan kepercayaan yang diberikan masyarakat membuat saya tertarik,” tutur Dayu.
Di kelas 3 SMA, ia memutuskan beralih ke kedokteran gigi.
“Tidak mudah meninggalkan basket, tapi saya yakin ini jalan yang tepat,” tambahnya.
Kini, Dayu mendedikasikan diri sebagai dokter gigi dan dosen di universitas swasta Denpasar.
Di ruang prakteknya, ia tak hanya mengobati gigi, tapi juga membangun hubungan emosional dengan pasien.
“Saya senang bisa berinteraksi dengan beragam orang. Ada pasien yang akhirnya menganggap saya seperti keluarga. Itu kehormatan tersendiri,” ujarnya.
Baginya, komunikasi adalah kunci. “Dengan memahami kebutuhan pasien, kita bisa memberikan perawatan yang tepat sekaligus menenangkan mereka.”
Sebagai dosen, ia berusaha menanamkan nilai serupa pada mahasiswa.
“Saya tekankan: menjadi dokter gigi bukan sekadar pintar teori. Empati dan kemampuan mendengarkan sama pentingnya,” tegasnya.
Namun, profesi ini tak lepas dari tantangan. Dayu mengaku, miskomunikasi dengan pasien kerap terjadi.
“Misalnya, pasien tidak sepenuhnya paham prosedur perawatan, lalu merasa tidak nyaman. Ini bisa memengaruhi hasil treatment,” paparnya.
Untuk mengatasinya, ia aktif mengikuti pelatihan komunikasi medis dan memastikan penjelasannya sederhana namun komprehensif.
Di balik kesibukannya, Dayu percaya pada prinsip keseimbangan. Ia kerap mengutip quote favoritnya:
“As a flower, so do you blooms at the time is right.” “Setiap orang punya waktu mekarnya sendiri. Yang penting, teruslah belajar, tekun, dan tetap menjadi pribadi baik,” ujarnya.
Pesan ini ia tujukan khususnya pada perempuan Indonesia.
“Jangan terburu-buru membandingkan diri dengan orang lain. Hadapi setiap fase dengan ikhlas, syukur, dan semangat juang. Saat waktunya tiba, kita akan bersinar seperti bunga yang indah,” tambahnya.
Harapannya sederhana: semua orang merasakan kebaikan dalam hidup, dari keluarga hingga kesehatan.
“Kebaikan dimulai dari diri sendiri. Jika kita bahagia dan positif, itu akan menular ke sekitar,” ungkapnya.
Source image: dayu

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










