drg. Risfa Anesa, MH: Jangan Lupa Keluar dari Zona Nyaman
Iniloh.com Jakarta- Dari kompleks perumahan Pertamina di Dumai, Riau, tawa riang drg. Risfa Anesa, yang akrab disapa Anes, bergaung hingga ruang praktiknya.
Masa kecilnya diwarnai kebersamaan yang hangat: “Hidup dikomplek perumahan milik BUMN Pertamina. Tetangga yag kompak dan ramai,” kenangnya.
Meski teman sebayanya banyak, tak ada yang berani berlama-lama di rumahnya, ” Mama terkenal dengan guru yang sangar!”
Kesederhanaan hidup terasa dalam rutinitas jalan kaki atau naik sepeda ke sekolah.
Kedua orang tuanya sibuk bekerja (Ayah di Pertamina, Ibu sebagai guru), tapi kasih sayang tak pernah kurang:
“Walau tidak pernah boleh ikut study tour, tiap liburan kami sekeluarga selalu pergi ke Sumbar atau Malaka.”
Dumai bukan sekadar kota kecil, ia adalah kanvas kenangan tentang solidaritas, disiplin, dan petualangan keluarga.
Jalan hidup Anes penuh kejutan. Jujur ia akui: “Cita-citaku ga jadi dokter atau drg, karena aslinya aku penakut!”
Impiannya justru mengarah ke dunia diplomasi (HI) atau jadi pramugari, bahkan pernah ikut tes pramugari tapi gagal di 5 besar.
Orang tualah yang memilihkan jurusan kedokteran.
Dengan setengah harap tak lulus, ia mendaftar dua pilihan: dokter umum dan dokter gigi.
“Tapi lulus di kedokteran gigi ternyata setelah mendalami, betah dan nyaman juga.”
Ironisnya, dua adiknya justru mewujudkan impian orang tua menjadi dokter umum. Kini, ia bersyukur:
“Sekarang aku mencintai profesi drg ini.” Kepuasannya tulus: “Senang jika pasien pulang happy, gembira giginya bersih dan rapi.”
Di balik kesibukan praktik, Anes menjaga harmoni hidup: tetap kumpul keluarga, arisan teman, dan liburan, meski tak semua undangan bisa dihadiri.
Baginya, “Semua bidang pekerjaan itu baik, asal kita ikhlas menjalankannya.”
Ia menolak mengeluh: “Rezeki itu ada.. Sebanyak pun rezeki, jika disyukuri, kita takkan pernah puas.”
Pesannya tentang perkembangan diri pun tajam:
“Jangan lupa keluar dari zona nyaman! Jika terlalu nyaman, kemampuanmu berkembang berkurang.”
Inilah yang mendorongnya mencoba peran baru: dosen. Bukan karena bosan, tapi untuk berkembang:
“Ilmu itu semakin berkembang, kita mencoba lagi yang lain untuk mengembangkan kemampuan.”
drg. Risfa Anesa mengajarkan dua prinsip hidup yang dalam:
Pertama, kekuatan ikhlas dan syukur, bahwa ketulusan dalam menjalani peran, seberat apa pun awalnya, lambat laun akan berbunga menjadi cinta sejati pada jalan yang ditempuh.
Ia membuktikan bahwa rasa cukup tak lahir dari tumpukan pencapaian, melainkan dari kemampuan menyemai syukur atas setiap rezeki yang hadir.
Kedua, perlawanan terhadap kenyamanan statis, baginya, keluar dari zona nyaman (seperti hijrah dari Dumai ke dunia kedokteran gigi, atau melompat dari praktik klinis ke ruang kuliah),
Bukanlah pengkhianatan terhadap jati diri, melainkan ekspansi makna diri itu sendiri, sebuah cara untuk mengukir versi diri yang lebih luas dan merdeka.
Source image: anes

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










