Dwi Fatimah, Setiap Perempuan Punyai Keunikan dan Uniknya Sendiri 

Iniloh.com Jakarta- Dwi Fatimah, atau yang akrab disapa Fatimah, adalah sosok inspiratif yang membuktikan bahwa asal usul bukanlah batas untuk meraih impian.

Lahir dan besar di Purbalingga, Jawa Tengah, ia tumbuh di lingkungan yang kental dengan budaya “ngapak”  logat Jawa khas yang menjadi kebanggaan warga setempat.

Di desa ini, aku belajar arti ketegaran. Ibu dan Bapak selalu mengajarku untuk tidak mudah menyerah,” ujarnya.

Pesan ayahnya, “Ora et Labora, terus belajar dan berdoa, nanti pasti ada jalan”, menjadi mantra yang mengiringi langkahnya hingga kini.

Sebagai perempuan yang dibesarkan di pedesaan, Fatimah kerap dihadapkan pada stigma bahwa “kodrat perempuan hanya di kasur, dapur, dan sumur”.

Namun, ia memilih jalan berbeda. Saat ini, ia tengah menempuh studi S2 Master of Business Administration di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan beasiswa LPDP  prestasi yang ia raih setelah sebelumnya aktif sebagai Duta Kampus dan penggerak di komunitas GENRE (Generasi Berencana).

Tak hanya itu, ia juga menjabat sebagai Kepala Divisi Sumber Daya Manusia di Forum Keluarga Islam MM UGM (FORKIS).

Aku ingin membuktikan bahwa perempuan desa juga bisa berdaya, berkontribusi, dan bersaing di tingkat nasional,” tegasnya.

Passion Fatimah terletak pada isu pemberdayaan perempuan. Ia prihatin melihat masih banyak perempuan Indonesia yang termarjinalkan, baik secara pendidikan maupun kesempatan karir.

Aku ingin menjadi bagian dari solusi. Dengan meningkatkan kualitas SDM, terutama perempuan, kita bisa membuka lebih banyak pintu kesetaraan,” tuturnya.

Bagaimana ia mengelola waktu antara kuliah S2, aktivitas organisasi, dan kehidupan pribadi? Kuncinya adalah disiplin dan perencanaan matang.

Waktu kita sangat berharga. Aku selalu membuat journaling target tahunan, lalu memecahnya menjadi tujuan bulanan dan harian,” jelasnya.

Ia meyakini bahwa “time is priceless” ,  setiap detik harus dimanfaatkan untuk hal produktif. Namun, ia juga menekankan pentingnya fleksibilitas.

Terkadang rencana berubah, tapi selama tujuan jelas, kita bisa tetap fokus,” tambahnya.

Fatimah memiliki harapan sederhana namun penuh makna: keluarga yang sehat dan bahagia, karir yang lancar, serta kesempatan untuk terus menginspirasi.

Semoga aku dimampukan untuk memberi dampak positif, baik lewat pendidikan, karir, atau kehidupan sosial,” ucapnya.

Doanya tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang-orang terdekat.

Kesehatan dan kebahagiaan ayah, ibu, sahabat, serta semua yang kusayangi adalah prioritas. Dari situ, aku bisa lebih kuat berkontribusi untuk orang lain,” ungkapnya.

Fatimah menutup profilnya dengan quote favorit yang menggambarkan semangatnya:

You can’t break a woman who knows her worth. She turns heartbreak into power, mistakes into lessons, and every setback into a major comeback.

Pesannya jelas: perempuan harus mengenali nilai diri, bangkit dari kesulitan, dan menjadikan setiap tantangan sebagai batu loncatan.

Jangan bandingkan perjalananmu dengan orang lain. Setiap perempuan punya cerita dan kekuatan uniknya sendiri,” tegasnya.

Dari desa kecil di Purbalingga, Dwi Fatimah membawa semangat yang tak kenal lelah.

Ia bukan hanya simbol kesuksesan akademis, tetapi juga bukti bahwa pendidikan dan kesadaran akan kesetaraan bisa mengubah narasi hidup seorang perempuan desa.

Melalui akun Instagram @dwifatimah18, ia kerap membagikan kisah perjuangan, tips produktivitas, dan kata-kata penyemangat.

Baginya, menjadi perempuan berdaya bukan tentang menggugat kodrat, tetapi tentang memperluas makna kontribusi.

Kita bisa jadi ibu, istri, sekaligus profesional yang membawa perubahan. Kuncinya adalah percaya bahwa kita layak untuk bermimpi besar,” pungkasnya.

Dengan tekad seperti itu, Dwi Fatimah terus melangkah ,mengukir jejak, menginspirasi sesama, dan membuktikan bahwa dari desa pun, cahaya bisa menyinari langit Indonesia.

 

Source image: Dwi

You May Also Like

Eva Y. Sijabat, Mengajar Itu Seperti Dua Arah, Ada Berbagi Ilmu dan Pahami Berfikir Generasi Muda
Eva Y. Sijabat, Mengajar Itu Seperti Dua Arah, Ada Berbagi Ilmu dan Pahami Berfikir Generasi Muda
Nur Eka, Hidup Bukan Perlombaan Tapi Proses Selaraskan Hati dan Pikiran 
Nur Eka, Hidup Bukan Perlombaan Tapi Proses Selaraskan Hati dan Pikiran 
Luciana Wijaya, Never Stop Being A  Good Person.
Luciana Wijaya, Never Stop Being A  Good Person.
Fila, Keep Doing dan Jalani Semua Hobi dengan Hati !
Fila, Keep Doing dan Jalani Semua Hobi dengan Hati !
Marwah Hasanah, Jangan Sia-siakan Waktu Hanya untuk Mengeluh 
Marwah Hasanah, Jangan Sia-siakan Waktu Hanya untuk Mengeluh 
Neysha El Fillah, Hadapi dengan Keberanian Banyak Ketakutan dalam Diri 
Neysha El Fillah, Hadapi dengan Keberanian Banyak Ketakutan dalam Diri