Emmy Nap, Apapun Kondisi Kita, Tuhan Tetap Menyayangi Kita!
Iniloh.com Jakarta- Dari hawa sejuk Danau Toba hingga semangat hangat Jogja, perjalanan Emmy Nap adalah cerita tentang menemukan kebahagiaan dalam pelayanan, olahraga, dan penerimaan akan rencana-Nya.
Perempuan asal Porsea, Sumatra Utara, ini menghabiskan masa kecilnya di tepian danau legendaris itu, menikmati cuacanya yang sejuk hingga cenderung dingin, hingga kelas 4 SD.
Kemudian, Jogjakarta menjadi rumah barunya, dan hingga kini, bersama sang suami yang baru dinikahinya setahun silam, kota budaya itu menjadi tempatnya berlabuh dan berkarya.
Karier Emmy telah hampir satu dekade berkecimpung di dunia hairstylist.
“Saya sangat happy ketika jadi hairstylist yang bisa membuat orang happy dengan model rambut baru, warna baru,” ujarnya dengan antusias.
Baginya, kebahagiaan klien adalah kepuasan tersendiri, rasa senang karena bisa berguna untuk orang lain.
Tak hanya merapikan rambut, Emmy juga jeli melihat peluang.
Ia menjalankan bisnis kecil-kecilan berupa jualan makanan, terutama Teri Medan yang laris manis dengan banyak repeat order, serta salad sayur.
Semua dijalankan dengan sistem pre-order, menunjukkan kedisiplinannya mengelola waktu antara salon dan usaha kuliner.
Di tengah kesibukannya, Emmy menemukan pelampiasan energi sekaligus sumber kebahagiaan lain: lari.
Awalnya di tahun 2021, di masa pandemi yang serba tak menentu, rasa bosan (gabut) menggerakkannya untuk sekadar jalan kaki.
Tak disangka, langkah kaki itu membawanya bertemu komunitas lari. Diajak bergabung, rasa suka itu berkembang menjadi hobi serius yang bertahan hingga sekarang.
Yang istimewa, hobi ini pun memberinya rezeki tambahan.
Emmy kerap menjadi pacer (penentu tempo lari) atau marshal (pengatur acara) di berbagai event lari, bahkan mendapat tugas di bagian lainnya.
Puncak prestasinya baru saja diraih: menyelesaikan lari maraton penuh (42km) di event bergengsi Mandiri Jogja Marathon yang digelar di kawasan Candi Prambanan.
“Dan sangat bersyukur saya bisa menyelesaikan dengan baik dan tanpa cidera,” ungkapnya lega.
Dari jarak 5K, 10K, half marathon (21K), hingga full marathon (42K) yang menjadi ‘gong’ dalam daftar keinginannya, semua sudah berhasil ditaklukkannya.
Melihat perjalanannya, Emmy punya harapan besar: menjadi inspirasi bagi orang lain, baik melalui karier hairstylist-nya maupun semangatnya di dunia lari.
Untuk karier, impiannya adalah suatu hari memiliki salon sendiri.
Di ranah keluarga, dengan penuh syukur dan pasrah, ia berharap Tuhan memberikan kesempatan untuk memiliki anak.
“Tapi apapun itu saya kembalikan lagi ke Pencipta,” katanya dengan hati lapang disertai senyuman.
Kepasrahan dan keyakinannya pada rencana Tuhan inilah yang sering ia bagikan, terutama pada mereka yang mengeluh tentang pasangan hidup atau belum dikaruniai anak.
Pesannya tegas dan menghibur:
“Menikah atau tidak, punya anak atau tidak, Tuhan tetap sayang sama kita. Rancangan Tuhan pasti yang terbaik.
Apapun status kita, tidak mengurangi cinta-Nya Tuhan kepada kita. Yang penting, jadilah orang yang melayani, bermanfaat untuk sekitarmu.”
Pesan ini lahir dari pengalaman pribadinya. Emmy menikah di usia 37 tahun, sebuah keputusan yang tak terencana karena di usia 33 ia sempat memutuskan untuk tidak menikah.
“Ternyata rencana Tuhan gak begitu, dikasih pasangan,” tuturnya, mengisahkan kejutan indah dari Sang Pencipta.
Source image: emmy

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










