Endang, Lari Mengajarkanku Akan Ketahanan dalam Hidup!

Iniloh.com Jakarta- Di antara gemerlap karir di perusahaan multinasional dan debu lintasan maraton, Endang menemukan harmoni.

Perempuan asal Mataram, Lombok, ini membuktikan bahwa kesuksesan tak harus memilih antara profesionalisme dan passion.

Baginya, lari bukan sekadar hobi, melainkan filosofi hidup, tempat ia menemukan ketenangan, komunitas, dan kekuatan untuk terus melangkah.

Meski keluarganya berasal dari Makassar, Endang lahir dan besar di Mataram, Lombok, kota yang ia sebut sebagai “surga tenang” dengan masyarakat ramah dan alam memesona.

Masa kecil saya dihabiskan dengan bermain di pantai, menikmati matahari terbenam sambil mendengar cerita nenek,” kenangnya.

Kedekatan dengan alam sejak dini mengajarkannya arti kesederhanaan dan rasa syukur.

Keluarga yang hangat menjadi fondasi ketangguhannya.

Orang tua saya selalu menekankan: Hidup itu seperti lari, yang penting konsisten.”

Prinsip itu melekat erat, membentuknya menjadi pribadi tekun yang tak mudah menyerah.

Sebagai profesional di bidang financial service perusahaan multinasional asal Jepang, Endang akrab dengan rutinitas ketat. Namun, sejak 5 tahun lalu, ia menemukan penyeimbang: lari.

Awalnya, ia hanya ikut fun run 5K bersama rekan kerja. “Saya kaget, ternyata lari bisa jadi healing. Saat kaki melangkah, pikiran ikut jernih,” ujarnya.

Sejak itu, lari menjadi ritual wajib. Pagi sebelum bekerja atau akhir pekan, ia menyempatkan latihan.

Lari mengajarkan disiplin, yang juga berguna di kantor. Saya belajar mengatur waktu dan energi,” tambahnya.

Tak heran, ia kerap membawa medali marathon ke meja kerja, pengingat bahwa batasan hanya ada di pikiran.

Endang telah menaklukkan berbagai event lari bergengsi: Maybank Marathon, Jakarta Marathon, hingga Borobudur Marathon. Setiap medali punya cerita.

Di Bandung Marathon 2022, saya hampir berhenti karena kram. Tapi seorang peserta tua bilang, ‘Pelari sejati tak mundur kecuali cedera parah’.Saya lanjutkan, dan finis dengan air mata,” kisahnya.

Sukacita terbesarnya? Bisa menjelajahi kota-kota baru sambil bertemu komunitas lintas generasi.

Di Jakarta Running Festival, saya kenal seorang ibu 60 tahun yang masih semangat ikut half marathon. Itu menginspirasi!” serunya.

Namun, tantangan tak luput: cedera betis, terik matahari, atau target personal best yang gagal tercapai.

Tapi justru di situ mental ditempa. Lari mengajarkan bahwa hidup bukan soal kecepatan, tapi ketahanan,” tegasnya.

Di balik kesibukan, Endang punya harapan mendalam: kesehatan lahir-batin untuk keluarga, karir yang berkah, dan lingkungan sosial penuh kolaborasi.

Saya percaya, rezeki harus dibagikan. Karena itu, saya sering mengajak teman kantor atau tetangga untuk jogging bersama,” ujarnya.

Ia juga aktif menggalang donasi melalui komunitas lari, seperti pembelian sepatu untuk anak kurang mampu.

Lari bukan hanya untuk diri sendiri. Dengan sehat, kita bisa lebih banyak berbagi,” katanya.

Bagi Endang, lari adalah metafora kehidupan. Ia berpesan:

Jangan tunggu sempurna untuk mulai. Mulailah, dan sempurnakan di perjalanan.”

Kalimat itu ia buktikan sendiri, dari karyawan biasa yang tak percaya diri, kini menjadi finisher puluhan marathon.

“Banyak orang bilang, ‘Saya belum siap ikut marathon’. Padahal, saya dulu hanya bisa lari 1 kilometer sambil ngos-ngosan!” candanya. Kuncinya, menurut Endang, adalah konsistensi dan keikhlasan.

Hidup bukan tentang tiba lebih dulu, tapi bagaimana kita tumbuh di setiap langkah,” tambahnya.

Kini, Endang sedang mempersiapkan lari trail pertama di Rinjani Lombok. Impian besarnya? Mengadakan pelatihan lari gratis untuk ibu-ibu di Mataram.

Saya ingin mereka tahu: olahraga bukan hanya untuk anak muda. selama ada kemauan, usia hanyalah angka,” tukasnya.

Melalui kisah Endang, kita diajak melihat bahwa passion tak harus mengalahkan karier.

Keduanya bisa berjalan beriringan, seperti ritme langkah kaki yang stabil, perlahan, pasti, dan penuh makna.

 

Source image: Endang

You May Also Like

Nur Eka, Hidup Bukan Perlombaan Tapi Proses Selaraskan Hati dan Pikiran 
Nur Eka, Hidup Bukan Perlombaan Tapi Proses Selaraskan Hati dan Pikiran 
Luciana Wijaya, Never Stop Being A  Good Person.
Luciana Wijaya, Never Stop Being A  Good Person.
Fila, Keep Doing dan Jalani Semua Hobi dengan Hati !
Fila, Keep Doing dan Jalani Semua Hobi dengan Hati !
Marwah Hasanah, Jangan Sia-siakan Waktu Hanya untuk Mengeluh 
Marwah Hasanah, Jangan Sia-siakan Waktu Hanya untuk Mengeluh 
Neysha El Fillah, Hadapi dengan Keberanian Banyak Ketakutan dalam Diri 
Neysha El Fillah, Hadapi dengan Keberanian Banyak Ketakutan dalam Diri 
Claudia Hetharia Bersyukur Membawa Kita Pada Jalan Kemudahan 
Claudia Hetharia Bersyukur Membawa Kita Pada Jalan Kemudahan