Endang Puji Wahyuni, Bagiku Lari Ialah Metafor Hidup
Iniloh.com Jakarta-Endang Puji Wahyuni, atau akrab disapa Endang PW perempuan berdarah Solo yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Jakarta, adalah sosok yang menjadikan olahraga sebagai filosofi hidup.
Meski hijrah ke Ibu Kota sejak usia satu tahun, kerinduan akan kampung halaman tak pernah pudar.
“Solo itu seperti magnet. Aku selalu merindukan suasana tenangnya, keramahan warganya, dan tentu saja, kuliner khasnya seperti tengkleng dan serabi,” ujarnya dengan senyum.
Dari Solo, ia mewarisi prinsip kesederhanaan yang menjadi pegangan dalam menjalani dinamika hidup di Jakarta.
Endang saat ini bekerja di salah satu perusahaan media ternama di Jakarta Barat, Metro TV (Media Group).
Namun, di balik kesibukannya di dunia industri media, ia punya ritual wajib: olahraga 4-5 kali seminggu. Lari dan trail running bukan sekadar hobi, melainkan bagian dari gaya hidup yang ia junjung tinggi.
“Bagi aku, olahraga itu paket lengkap. Selain sehat, juga membangun mental, memperluas jaringan, dan meningkatkan kepercayaan diri,” tuturnya.
Baginya, kesehatan adalah investasi utama lebih berharga dari harta benda.
Prestasi terbesarnya sejauh ini adalah menyelesaikan trail run sejauh 30 kilometer di Solo, kota yang selalu ia rindukan.
Latihan untuk mencapai target itu tidak mudah. Ia kerap berlatih bersama komunitas lari, saling menyemangati meski tubuh sudah lelah.
“Suka dukanya trail running itu ada di tantangan alam. Cuaca tidak menentu, kadang hujan dan dingin, tapi justru di situ kita belajar konsistensi,” kisahnya.
Prinsipnya sederhana: apa yang sudah dimulai, harus dituntaskan.
Keteguhan itu tidak hanya ia terapkan di lintasan lari, tapi juga dalam karier dan kehidupan sehari-hari.
“Aku percaya, proses tidak pernah mengkhianati hasil. Selama kita fokus, semua rintangan bisa dilalui,” tambahnya.
Sebagai wanita karir di kota metropolitan, Endang paham betul godaan untuk malas bergerak. Namun, ia punya tekad baja: tetap konsisten berolahraga, sesibuk apa pun.
“Kadang badan lelah sepulang kerja, tapi aku ingatkan diri sendiri: health is wealth. Setelah lari, justru pikiran jadi lebih segar,” ujarnya.
Ia juga memanfaatkan akhir pekan untuk menjelajahi rute trail di sekitar Jakarta atau pulang ke Solo sembari menyambangi jalur alam favoritnya.
Endang kerap membagikan quote favoritnya di media sosial:
“Jangan membandingkan hidup kita dengan orang lain. Setiap orang punya perjalanan berbeda. Fokuslah dan nikmati prosesnya.”
Pesan ini lahir dari pengalamannya sendiri. “Dulu, aku sering melihat pencapaian orang lain dan merasa kurang. Tapi, lari mengajariku untuk hanya bersaing dengan diri sendiri,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa kesuksesan bukan tentang seberapa cepat atau jauh, tapi tentang konsistensi dan kesadaran menikmati setiap langkah.
“Di trail running, kita tidak bisa memaksa kecepatan. Jalannya terjal, medan berliku. Tapi, ketika sampai di garis finish, semua perjuangan terbayar. Hidup juga begitu,” katanya.
Di balik keteguhannya, Endang tetap menjaga kesederhanaan ala Solo. Ia aktif membagikan momen lari, tips kebugaran, dan potret perjalanannya di Instagram @endangpujiwahyuni.ep.
“Aku ingin mengajak orang lain mencintai olahraga, tidak perlu muluk-muluk. Mulai dari jarak dekat, pelan-pelan, yang penting konsisten,” ucapnya.
Bagi Endang, lari adalah metafora hidup. Dari tanah lereng Solo yang membentuk mentalnya, hingga aspal panas Jakarta yang mengasah disiplinnya, ia membuktikan bahwa konsistensi dan fokus adalah kunci meraih segala tujuan.
“Jalani hidup seperti trail running: hadapi rintangan dengan senyum, nikmati pemandangan, dan percaya bahwa garis finish akan menyambutmu,” pungkasnya.
Dari Jakarta, ia terus melangkah menebar semangat, satu langkah demi satu langkah.
Source image:endang
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
