Eudia Isabelle, Tetaplah Jadi Versi Terbaik Dirimu!
Iniloh.com Jakarta- Lahir dan besar di Surabaya dengan darah Jawa Tengah mengalir dalam keluarganya, Eudia Isabelle tumbuh dengan keunikan perpaduan dua budaya.
“In between,” ujarnya, menjelaskan karakter yang terbentuk: kecenderungan ceplas-ceplos khas arek Suroboyo yang dianggap “agak kasar” namun jujur, dipadu dengan kehalusan dan keramahan ala Jawa Tengah.
Fondasi terkuatnya adalah keluarga yang harmonis dan super suportif, yang ia ibaratkan layaknya Teletubbies.
“We are always together everywhere, spent time a lot together. Selalu saling mendukung total satu sama lain. Kompak,” ungkapnya penuh rasa syukur.
Orang tuanya digambarkan gaul in good way, tetap mengedepankan moral dan prinsip no 1 sambil tetap keep update terhadap lingkungan atau social.
Kehangatan dan kekompakan keluarga inilah yang menjadi sumber energi dan sandaran utamanya.
Pendekatan Eudia terhadap kehidupan dan karier ditandai oleh ketekunan dan keseriusan.
“Semua bertahap satu demi satu belajar,” prinsipnya, karena “Life never stops teaching”. Ia bukan tipe yang setengah-setengah.
“Aku selalu melakukan segala hal total. Tidak pernah asal-asalan.”
Komitmen pada penguasaan ilmu diwujudkan dengan mengambil kursus profesional hingga level mastery atau advance dan berbagai sertifikasi.
Sifat perfeksionis dan ambisius yang dimilikinya ia arahkan ke jalur positif, didorong oleh support system no 1 yaitu keluarganya.
Ia menolak keras kemalasan: “Di kamarnya aku tidak ada kata-kata malas. Yang ada rasa syukur dan tanggung jawab ke diri sendiri dan ke orang-orang di sekitar kita yang berharga buat kita.”
Saat kelelahan menghampiri, solusinya adalah: “Selalu bersyukur dan bawa hepi. Semua pasti ada solusinya. Jadilah orang yang genuine.”
Keaslian diri (genuine) dan sikap positif adalah senjatanya.
“Doa ortu yg mengantar ke kesuksesan sampai hari ini,” tekadnya, mengakui peran vital doa orang tua dalam perjalanannya.
Belajar, berkomitmen, dan didukung doa keluarga menjadi resepnya menghadapi tantangan.
Dunia kerja Eudia, yang berkecimpung di bidang fashion, lifestyle, and entertainment, menuntut dedikasi luar biasa. Jadwalnya seringkali work like 24hrs. 24/7.
“Bisa gak ada libur,” akunya.
Fleksibilitas waktu yang ekstrem menjadi kenyataan:
“Waktunya saking fleksibel, kayak ngga liat waktu aja. Kadang bisa longgar kadang bisa padat banget-banget.”
Pola liburnya pun tak biasa: “Libur Senin as my day off.”
Di hari istirahatnya, ia mengisi dengan kegiatan positif seperti menekuni hobi atau olahraga. Namun, komitmennya tak pernah redup:
“Tidak sepenuhnya libur, kalau ada kerjaan/task duty ya dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati. Always work with heart.”
Prinsip bekerja dengan hati menjadi kunci bertahan di tengah tuntutan yang tinggi.
Nilai-nilai inti yang Eudia junjung tinggi mencerminkan kesadarannya akan tanggung jawab hidup.
“Kesehatan nomor 1 buat sekeluarga,” tegasnya, menempatkan fisik sebagai fondasi segala aktivitas.
Kerendahan hati menjadi sikap utama: “Selalu jadi orang yang rendah hati.”
Lebih dari itu, ia memiliki visi untuk memberi dampak: “Bisa bawa impact positive atau jadi berkat buat orang lain. Menjadi garam.”
Baginya, menjadi garam dunia berarti memberi rasa, mengawetkan kebaikan, dan membuat lingkungan sekitar lebih baik, meski dalam porsi yang tak mencolok.
Pondasi dari semuanya adalah rasa Selalu bersyukur apapun itu, sebuah sikap yang menjaga stabilitas emosi dan mentalnya di segala situasi.
Pesan Eudia Isabelle untuk dunia adalah seruan penuh kekuatan dan integritas:
“Tetaplah jadi versi terbaik dari dirimu. Even dunia semakin bertambah tidak baik, setidaknya kamu bisa jadi salah satu yang membawa dampak kebaikan. Push yourself to the limit.”
Source image: eudia

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










