Evans, Jangan Pernah Fokus pada Volume Kesedihan, Tapi Fokuslah pada Apa yang Membuatmu Bahagia
Iniloh.com Jakarta- Bagi Evans, Tangerang Selatan bukan sekadar alamat; ia adalah tanah yang menumbuhkannya, rumah yang menaunginya sejak kecil hingga kini.
“Alhamdulillah saya dibesarkan di lingkungan yang hampir tetangga kanan kiri depan belakang kebetulan masih keluarga dari Ayah saya,” tuturnya dengan rasa syukur yang dalam.
Gambaran ini membangkitkan nuansa kampung dalam kota, sebuah lingkungan yang langka di metropolitan, di mana tali kekerabatan terjalin erat, dan rasa kekeluargaan mengalir jauh melampaui batas pagar rumah.
Di sinilah fondasi nilai Evans terbentuk: di tengah kehangatan sanak saudara yang juga adalah tetangga terdekatnya, membentuknya menjadi pribadi yang menghargai hubungan dan kebersamaan.
Evans memilih jalan pengabdian di dunia kesehatan.
Ia adalah seorang Nakes (Tenaga Kesehatan), khususnya Radiografer, di sebuah Rumah Sakit Swasta di daerah BSD.
Perannya mungkin tak selalu berada di garda depan, tetapi sangat vital: ia adalah mata yang membantu dokter melihat apa yang tersembunyi, menggunakan teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan membantu proses penyembuhan.
“Saya memang senang kumpul baik bersama keluarga juga sahabat dan bertemu dengan orang-orang baru tentunya,” ujarnya.
Kecintaannya pada interaksi sosial ini ternyata selaras dengan profesinya.
Setiap hari, ia bertemu dan melayani pasien dari berbagai latar belakang, mengolah ketrampilannya teknis dengan sentuhan kemanusiaan.
Dengan jadwal padat di rumah sakit yang hanya memberi satu hari libur dalam seminggu, Evans menjadi ahli dalam manajemen waktu dan prioritas.
“Jadi dalam sebulan saya pintar-pintar berbagi waktu,” jelasnya. Ia tak membiarkan hari liburnya habis hanya untuk kesenangan pribadi.
“Tidak melulu hari libur saya bersama teman, tapi saya juga mengutamakan keluarga.”
Kalimat ini mencerminkan kedewasaannya. Ia memahami bahwa waktu yang terbatas harus dialokasikan dengan bijak, dan bagi Evans, keluarga adalah prioritas utama yang tak tergantikan.
Seperti profesi apa pun di dunia kesehatan, hari-hari Evans diwarnai oleh dinamika yang unik.
“Sukanya pasti selalu bertemu dengan orang baru dan bisa melayani pasien dengan kemampuan yang saya miliki,” ungkapnya dengan bangga.
Ada kepuasan batin yang ia rasakan ketika bisa memberikan pelayanan terbaik, menjadi bagian dari solusi bagi orang yang sedang membutuhkan.
Interaksi dengan pasien dan keluarganya menjadi sumber energi positifnya.
Namun, tantangan pasti ada. “Dukanya ketika menghadapi full pasien dan ada beberapa yang ingin didahulukan,” akunya.
Situasi antrian yang padat dan permintaan khusus dari pasien atau keluarga yang ingin segera dilayani adalah ujian kesabaran dan profesionalisme.
Di momen seperti ini, Evans dituntut untuk tetap tenang, efisien, sekaligus berempati sebuah keseimbangan yang membutuhkan kedewasaan emosional.
Evans menghadapi hidup dengan prinsip yang sederhana namun sangat bijak, sebuah quotes yang menjadi pegangan hidupnya:
“Jangan pernah fokus pada volume kesedihan anda tapi fokuslah pada hal yang membuat anda bahagia.”
Kalimat ini adalah intisari ketangguhannya. Daripada terperangkap dalam besarnya masalah atau kesedihan yang mungkin menghampiri.
Evans memilih secara aktif mengalihkan perhatian dan energi pada hal-hal positif, pada sumber-sumber kebahagiaan dalam hidupnya, keluarga, sahabat, kepuasan melayani pasien, atau sekadar momen-momen kecil yang menyenangkan.
Ini adalah strategi psikologis yang sehat untuk menjaga keseimbangan emosi dan ketenangan pikiran di tengah tuntutan profesinya yang tinggi.
Source image: evans

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










