Fanny Irsan, Tidak Semua Orang Menyukai Kita dan Itu Wajar!
Iniloh.com Jakarta- Di balik stigma “keras” yang melekat pada kota Medan, tumbuh seorang perempuan dengan jiwa yang hangat dan filosofi hidup yang dalam.
Dia adalah Fanny Irsan, seorang perempuan muda yang dengan lugas membuktikan bahwa kelembutan hati tidak pernah bisa disembunyikan, sekalipun oleh logat yang terdengar tajam.
Fanny dengan bangga menyebut Medan sebagai kota kelahirannya. Ia dengan jenak mengakui stereotip yang sering melekat pada kota itu.
“Yang katanya keras kasar,” ujarnya sambil tertawa, “padahal orangnya baik dan ramah, cuma logatnya aja yang keras hihi.”
Pengakuannya ini seperti sebuah pengingat manis untuk tidak pernah menilai buku dari sampulnya.
Di balik kesan pertama yang garang, tersimpan keramahan dan kehangatan khas orang Medan yang ia junjung tinggi.
Jika ditanya tentang karier utama, Fanny dengan jujur mengaku bahwa jalannya masih berliku.
“Untuk yang spesifik sebenernya belum ada,” katanya dengan rendah hati.
Namun, ketiadaan jalur linear itu justru dibaliknya menjadi kekuatan.
Ia aktif menjalankan bisnis fashion thrift atau preloved, sebuah pilihan yang selain berbisnis, juga bernuansa sustainable.
Tak hanya itu, dunianya juga dipenuhi oleh aktivitas kreatif yang mungkin jadi impian banyak orang.
“Kerjaan aku juga random,” ujarnya, “tapi yang aku kerjain belakangan ini kalo gak endorse ya syuting atau buat produk iklan desa.”
Baru-baru ini, ia juga menyelesaikan satu babak penting dalam hidupnya: wisuda.
Pada Agustus 2025 lalu, Fanny resmi menyandang gelar Sarjana Administrasi Publik dari Fakultas FISIP, Universitas Sumatera Utara.
Berbeda dengan banyak orang yang sering mengeluh tentang pekerjaannya, Fanny menemukan kebahagiaan murni dalam aktivitasnya.
Suka duka hobinya di dunia fotografi dan konten kreator ia jawab dengan polos.
“Kalo suka nya banyak ya karena aku memang hobi,” katanya.
Dan untuk dukanya? “Untuk saat ini belum ada dan mudah-mudahan jangan sampe ada.”
Sebuah harapan sederhana yang mencerminkan sikap positifnya dalam menikmati setiap proses.
Di balik kesibukannya, harapan dan doa Fanny ternyata sangat sederhana namun mendalam.
Ia berharap keluarganya selalu dikelilingi cinta dan kesehatan, karirnya bertumbuh tanpa kehilangan arah, serta rezekinya cukup dan berkah.
Yang paling menyentuh, ia berdoa untuk bisa menjadi pribadi yang tetap rendah hati dan bermanfaat untuk sekitar.
Filosofi setiap langkah selalu dipenuhi rasa syukur menjadi prinsip yang ia pegang teguh.
Fanny menutup profilnya dengan sebuah pesan yang sangat dewasa dan menenangkan, cocok untuk generasi yang seringkali tertekan oleh ekspektasi dan penilaian orang lain.
“Tidak semua orang menyukai kita dan itu wajar, karena hidup bukan tentang mencari siapa yang setuju.
Tetapi, tentang menjadi versi terbaik diri sendiri, karena meski dalam diam orang lain dapat menilai.
Tugas kita hanyalah berjalan dengan hati yang bersih, tetap berbuat baik, dan membuktikan bahwa keikhlasan lebih kuat dari penilaian.“
Source image: fanny

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










