Felicia Rianto, Kesuksesan Sejati Ketika Kita Bisa Mengangkat Orang Lain Sambil Tetap Setia Pada Jati Diri
Iniloh.com Jakarta- Felicia Rianto, atau Theresia Felicia, bukan sekadar pemilik bisnis ia adalah simbol keteguhan dan keanggunan yang membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan bisa kuat tanpa kehilangan feminitas.
Lahir dengan jiwa kompetitif, Felicia membangun bisnisnya dari nol, mengukir setiap langkah dengan dedikasi dan prinsip:
“Kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian, tapi tentang bagaimana kita menjaga martabat dan nilai-nilai dalam prosesnya.”
Sebagai seorang alpha woman, Felicia tak ragu mengambil peran pemimpin.
Bisnis yang ia rintis bukan hanya soal profit, tapi juga tentang menciptakan warisan yang bermakna.
“Saya percaya, kepemimpinan itu seperti tarian. Butuh ketegasan dalam mengambil keputusan, tapi juga kelembutan dalam memahami tim,” ujarnya.
Di bawah komandonya, perusahaan tak hanya tumbuh secara finansial, tapi juga membangun kultur kerja yang menghargai kolaborasi dan inovasi.
Felicia menolak dikotomi antara “kuat” dan “feminin”. Baginya, kedua hal itu bisa menyatu.
“Saya bisa presentasi di ruang rapat dengan high heels dan angka-angka yang tajam.
Tapi saya juga tak sungkan merancang strategi sambil minum teh bersama karyawan. Itu kekuatan perempuan: fleksibel, namun fokus,” tambahnya.
Felicia tak menampik bahwa sebagai perempuan, ia kerap menghadapi tantangan unik.
“Ada ekspektasi sosial: perempuan harus lemah lembut, atau sebaliknya, harus tough seperti pria.Saya memilih jalan tengah: menjadi diri sendiri,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya mengenali batasan tanpa terjebak stigma.
“Misalnya, saya tahu kapan harus slow down untuk keluarga, tapi itu bukan tanda kelemahan. Justru itu keputusan strategis agar energi tetap seimbang.”
Baginya, kodrat perempuan sebagai perawat nilai bukanlah halangan.
“Merawat tim, menjaga etika bisnis, dan menciptakan lingkungan kerja yang manusiawi itu semua adalah bentuk kekuatan. Elegansi ada dalam cara kita memperlakukan orang lain,” paparnya.
Meski percaya diri, Felicia tak menutup mata pada bias yang masih ada.
“Saya pernah diragukan karena dianggap ‘terlalu muda’ atau ‘terlalu perempuan’ untuk memimpin negosiasi besar,” akuinya.
Namun, ia menjadikan ini bahan bakar. “Saya balas dengan persiapan ekstra. Data akurat, strategi jelas, dan attitude yang profesional. Perlahan, mereka lihat kapasitas, bukan gender,” ujarnya.
Kunci lainnya adalah membangun jejaring dengan sesama perempuan pebisnis.
“Kami saling dukung. Bersama, kami buktikan bahwa kolaborasi perempuan bisa ciptakan dampak masif,” ungkapnya.
Bagi Felicia, menjadi perempuan tangguh bukan tentang bersaing dengan pria, tapi tentang menemukan keunikan diri.
“Kita bisa setara, tapi tak harus sama. Saya bangga bisa multitasking, mengelola bisnis sambil menjaga harmoni rumah tangga. Itu kelebihan yang patut dirayakan,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya integritas.
“Bisnis mungkin tentang angka, tapi reputasi dibangun dari konsistensi nilai. Saya tak mau menang dengan mengorbankan prinsip,” tegasnya.
Felicia berpesan:
“Jangan takut mengambil ruang. Dunia butuh suara perempuan suara yang tegas tapi berempati, ambisius tapi beretika.”
Ia mengajak perempuan muda untuk terus belajar dan berjejaring.
“Bersama, kita bisa ubah narasi bahwa kepemimpinan perempuan adalah ancaman. Itu adalah anugerah.”
Tak lupa, ia mengingatkan untuk tetap grounded.
“Kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa mengangkat orang lain sambil tetap setia pada jati diri.”
Source image: Felicia

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










