Gianni Brigitta Laurent: Three Words Left Unsaid, Karya Keren Berisi Manifesto Perlawanan Akan Bullying !
Iniloh.com Jakarta- Sejak jari-jari mungilnya memegang pensil di taman kanak-kanak, Gianni Brigitta Laurent telah jatuh cinta pada kekuatan kata.
Hobinya membaca novel dari cerita fantasi hingga petualangan remaja tak hanya membawanya menjelajah dunia imajinasi, tapi juga menyalakan api kreativitas.
“Awal motivasi menulis buku datang dari hobi membaca.”
Api itu terus membara, mengantarkannya meraih gelar S1 di Emerson College, Boston Amerika Serikat, kampus ternama yang mencetak penulis andal.
Di kota akademik itu, bakatnya ditempa, mimpi kecilnya dipupuk, hingga siap mekar menjadi karya nyata.
Pada 2024, Gianni meluncurkan novel perdana berjudul “Three Words Left Unsaid”.
Buku ini bukan sekadar cerita remaja, melainkan manifesto perlawanan terhadap bullying.
Dengan setting fiksi young adult, ia menggali dampak psikologis yang dalam pada korban.
“Saya ingin gambarkan bagaimana bullying merusak, sekaligus serukan stop bullying.”
Proses penciptaannya memakan waktu 5-6 bulan, diwarnai pertarungan melawan kebuntuan ide,
“Kesusahan terbesar adalah tetap konsisten melanjutkan alur saat ide mandek.”
Tapi ia tak menyerah. Setiap paragraf yang tertulis adalah kemenangan atas keraguan.
Gianni tak menyembunyikan idolanya pada Suzanne Collins, penulis trilogi legendaris The Hunger Games.
“Alurnya sangat unik dan berbeda,” pujinya.
Pengaruh itu terasa dalam ketertarikannya pada genre science fiction dunia tempat imajinasi dan logika bersatu. Namun, ia tak sekadar meniru.
Gianni berambisi menciptakan signature-nya sendiri: cerita fiksi ilmiah yang sarat dengan humanisme dan pesan sosial.
Untuk proyek selanjutnya, Gianni punya visi ambisius,
“Saya ingin menginkorporasikan elemen budaya Indonesia.”
Ia membayangkan novel-novel futuristik yang menyelipkan batik, mitologi Nusantara, atau nilai kearifan lokal ke dalam narasi global.
“Ini cara saya mempromosikan Indonesian culture ke dunia,” tekadnya.
Seperti Andrea Hirata yang mempopulerkan Belitung lewat Laskar Pelangi, Gianni ingin dunia mengenal Indonesia bukan hanya melalui destinasi wisata, tapi juga cerita-cerita universal yang lahir dari kebudayaannya.
Pada pembaca yang bercita-cita menjadi penulis, Gianni berpesan singkat namun penuh daya:
“Keep following your dreams. Konsisten mengejar mimpi, jangan gampang menyerah.”
Baginya, menulis adalah maraton, bukan sprint. Setiap halaman yang selesai adalah langkah kecil menuju karya abadi.
Gianni Brigitta Laurent adalah suara baru sastra Indonesia yang berbicara dalam bahasa universal.
Dari ruang baca masa kecilnya di Indonesia hingga kampus kreatif di Boston, ia membuktikan bahwa cerita lokal bisa menyentuh hati global.
Melalui “Three Words Left Unsaid”, ia menyembuhkan luka bullying. Lewat proyek masa depannya, ia akan merajut kebanggaan nasional.
Satu hal pasti: di tangannya, kata-kata bukan hanya tulisan tapi senjata perubahan.
Source image: Gianni

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










