Gus Fuad Plered: Taufik Assegaf, Ikutilah Gus Yahya Staquf, Please Dehh…
Nosel Yogyakarta- Menurut saya, Ketua Rabithah Taufik Assegaf itu ya ikutilah Gus Yahya. Beliau kan pernah bilang waspadalah ulama-ulama yang dekat dengan umaro, nah dari situ itu tergambar level literature dari Taufik masih jauh dari Gus Yahya. Jangan marah lho ya. Hehehe. Apa-apa pokoknya jangan marah.
Kenapa begitu, maindset itu kan terbentuk seperti Taufik kan literatur dia kan kitab-kitab tasawuf yang di produk dalam, atau membicarakan tentang relasi ulama dan umaro dalam situasi kondisi ketika umaro atau sulthan itu zalim, ketika belum ada demokrasi, belum ada kontrol sosial dll.
Nah keadaan kan berubah, sekarang ada demokrasi, penguasa, umaro, sultan kan bisa dikontrol dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Tentu saja ulama ya harus mendampingi umaro, dan itu kan khasnya di nusantara di mulai di periodesasi Demak kan? Ijtihad Walisongo itu bahwa, bahwa umaro, sulthan harus di kontrol oleh ulama.
Apalagi sekarang di alam demokrasi, di era kerajaan saja sudah begitu, dan dalam beberapa sumber yang pernah saya baca itu, konsep ulama mengawal atau mengawasi umaro yang ada di zaman Walisongo itu yang dijadikan rujukan untuk sekarang apa yang disebut dengan model pemerintahan Syiah Iran itu ya, dimana semua Presiden, umaro terlebih dahulu direkomendasikan ulama.
Jadi apa yang disampaikan Taufik Assegaf diatas tadi ya sekali menunjukkan levelnya cuma segitu aja. Tidak melihat kondisi, tidak membaca literatur-literatur baru, realitas-realitas sosial yang baru, dan kalau kita lebih jauh lagi ya, ulama dan umaro itu di zaman Rasululullah sampai Khulafaur Rasyidin kan jadi satu.
Gus Yahya kemudian kan bilang, Bagaimana kalau umaronya ialah ulama? Rasululullah kan umaro, sekaligus Rasul, Sayidina Abubakar itu umaro sekaligus sahabat sekaligus, sahabat nabi bukan saja ulama, tetapi lebih dari itu kan? Bisa dikategorikan ulama juga.
Dan ketika sejarah, bandulnya berubah ketika sultan, ketika umaro zalim, menjadi seperti penguasa-penguasa di zaman jahiliyah, disitulah muncul teks-teks, terutama di kitab-kitab tasawuf, salah satunya misal Imam Ghazali tentang anjuran menjauhi umaro, atau sultan, atau penguasa, dan itu kondisinya diperparah dalam kolonialisme itu.
Jadi konteks yang di omongkan Taufik benar kalau, kondisinya seperti itu, sultannya dzalim, tak ada demokrasi, umaronya ialah kolonial atau penjajah, itu baru tepat.
Dan ini, omongannya Taufik itu harus ditujukan kepada Mufti Betawi itu? Mufti Betawi kan bersekongkol, dan itu fakta sejarah yang tak bisa dibohongi. Jangan bilang itu strategi dll. Nggak, itu pemerintah VOC, kolonial itu jelas penjajah, jelas umaro zalim, sezalim-zalimnya. Dan itu baru berlaku benar.
Kalau sekarang, misal maunya nyindir NU, dekat-dekat dengan umaro, ya wajib dong hukumnya. Lha gimana, kewajiban mengurusi rakyatnya gimana, kalau pemerintah tidak di awasi, temenin, arahkan, tidak di deketin. Nanti yang deketin pihak lain, nanti oh terus bilang dikuasai oleh oligarki?
Satu sisi mengeluh begitu, kok ndak bikin upaya bagaimana, dalam tanda petik itu pemerintah, atau penguasa, umaro diawasi ulama? Kan harusnya begitu. Dikuasai dalam tanda petik ya, jangan salah paham juga.
Jadi intinya, saran saya Taufik Assegaf itu ikuti Gus Yahya, dan Gus Yahya kan sudah bilang, kalau kepengen ketemu umaro nanti saya antar? Heheheh. Jangan marah lho, opo-opo mbok jangan marah. Ini kan diskusi, ini debat. Jangan bentar-bentar marah, tapi marah juga gpp.
Kalau mau mem-persekusi saya lagi ya gpp. Gitu lho, tak sikat tenan saiki. Kalau kemarin kan saya gak mikir sampai segitu. Saiki tak ajar tenan, mau sampai kemana.
Jadi intinya, jadi ulama dan sejenisnya kalau berbicara yang benar, jangan parsial….
Source lengkap: https://www.youtube.com/watch?v=fcQLI088Bno&feature=youtu.be

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










