Gusti Ayu G Setiawati: Audentes Fortuna Iuvat, Keberuntungan Menyukai Orang-orang Berani.
Iniloh.com Bali- Hello dear, nama lengkapku Gusti Ayu Gita Setiawati, panggil saja Ayu ya. Aku lahir dan besar di Tentena, Poso dan biasa sebagai seorang transmigran disana. Ibarat ke Bali ya pulang ke daerah leluhur, dan status merantau lagi ini sih. Sekarang tinggalku selama tiga tahun lebih ini di daerah Batubulan, Gianyar Bali.
Batubulan sebagai daerah aku tinggal sangat aku suka, karena secara identitas kuat Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia dan unggulan di dunia, apalagi di daerahku juga sebagai desa wisata, ada pertunjukan Tari Kecak, Tari Barong, destinasi unggulan ukiran dan pahatan serta keindahan sawah-sawah khas di Gianyar Bali.
Walau aku juga sedih kadang, dampak negatif Bali dikenal sedunia, seperti macet yang semakin parah, hujan kadangkala juga mulai datang banjir, karena tatakelola air yang terganggu ya, juga sawah-sawah semakin berkurang dengan pembangunan developer perumahan yang semakin marak.
Kini aku sudah menyelesaikan pendidikan pariwisataku di Universitas Udayana Bali, dan mengingat cita-citaku di masa kecil kadang bikin lucu sendiri. Saat itu aku masih labil dan terfikir sempat menjadi dokter, pramugari dan banyak lainnya. Seiring waktu berjalan sekarang aku fokus menjadi seorang pengajar yang mempunyai bisnis sendiri.
Ayu dari remaja sudah memulai bisnis walau skala kecil. Dan kegiatan bisnis saat itu sebenarnya berawal dari kebutuhan, sebagai anak pertama yang lahir di masa orang tua sedang mati-matian berjuang untuk bangun bisnis dan memperbaiki derajat ekonomi, kemudian aku berinisiatif sendiri ingin membantu walaupun sedikit.
Jadi sejak SDpun Ayu sudah suka bantu nenek jualan sayur subuh-subuh sebelum sekolah keliling kampung naik sepeda datengin rumah orang satu-satu buat nawarin sayur. Juga berani bawa jualan ke sekolah, biasanya jual buah-buahan yang aku petik di kebun kakek atau jualan kacang goreng bumbu yang dibuat sama nenek.
Dulu sempat terpisah dengan orang tua karena mereka bekerja, jadinyaaku hidup sama nenek dan kakek. Dari awalnya cuma pengen bantu-bantu biar punya uang jajan sendiri malah jadi suka buat jualan dan coba-coba bisnis sampai sekarang. Huhuhu. Jadi sedikit mengenang nostalgia dulu ya ini.
Di Bali, aku ada idola bernama Niluh Putu Ary Pertami Djelantik atau aku akrab dipanggil Mbok Niluh. Bagiku, tidak semua perempuan berani seperti Mbok Niluh, tidak semua perempuan mampu mengambil peran dan resiko yang lebih. Di samping kegigihannya, Mbok Niluh juga punya bisnis. Kolaborasi yang keren menurut saya untuk menjadi seorang perempuan yang tidak hanya mampu berdiri di kaki sendiri tapi juga bisa berdampak bagi banyak orang.
Svaha, saya sangat mencintai kedua orang tuaku. Setiap hari doaku ku panjatkan senantiasa. Kebetulan saya tidak begitu dekat dengan orang tua, tapi saya dapat poin plusnya setiap apapun keputusan yang saya pilih dalam hidupku, orang tua tidak pernah ikut campur, apapun itu selagi masih dalam konteks yang positif, saya selalu didukung.
Beruntung ya syukurnya, aku bebas mengatur hidup saya sendiri, besar ataupun kecil hasilnya saya selalu diapresiasi. jadi peran orang tua tetap dan selalu ada walaupun tidak sepenuhnya.
Ayu suka kegiatan sosial itu karena dari hati, mungkin pengaruh melihat kebiasaan orang tua juga yang selalu membantu orang lain dan berbagi, jadi saya tergerak juga mengikuti jejak itu. Bagi aku, kegiatan sosial yang saya lakukan itu tidak hanya untuk diri sendiri saja tapi untuk orang lain juga, sebagaimana aku ingin hidup bukan untuk sia-sia, karena Ayu ingin lebih berdampak dan bermanfaat bagi orang lain semampuku.
Ada lagi satu kebiasaan dari orang tuaku satu lagi, yaitu mengajak travelling. Walau hanya ke sekitar kota saja.
Ayu sangat suka alam, atau keasrian satu tempat, karena aku tumbuh juga menyatu dengan alam, hidup di desa mainnya ya di gunung, di sawah, di danau juga jadi memang akan selalu suka sama alam. Nah kalau snorkeling itu sebenarnya itu bukan hobi, awalnya karena aku mau keluar dari zona nyaman saja.
Saat itu aku takut laut dalam, takut ombak besar, dan takut air tentu saja, tapi ternyata cuma di pikiranku saja ya dianalisa. Nah mulai saat itu aku mencoba dan ternyata seru juga. Dari coba-coba itu Ayu banyak belajar sih bahwa tidak semua rasa takut itu benar adanya sometimes memang cuma hanya di pikiran saja.
“Audentes fortuna iuvat” . Keberuntungan menyukai orang-orang berani”. Rasa takut merupakan bagian dari kehidupan, namun terkadang rasa takut itu hanya ada dalam pikiran saja. Maka dari itu, jangan pernah batasi diri dengan rasa takut, bertemanlah dengan keberanian maka keberuntungan akan datang kepadamu. Because my purpose in life is to be productive, to be useful and to live well. Terima kasih.

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










