Hani Rahmadani, Jeda Sejenak dari Karir Untuk Keluarga
Nosel Kendari- Hani Rahmadani biasa di panggil Hani, tinggal di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Ia asli keturunan Sunda dan Tolaki, yang merupakan salah satu suku di Sulawesi Tenggara. Saat ini ia berumur 26 tahun dan merupakan anak tunggal.
Hani bertutur kalau sejak kecil tumbuh besar bersama nenek dan kakeknya. Orang tuanya bercerai saat ia berusia lima bulan dalam kandungan. Ibunya meninggalkannya saat usianya baru enam bulan.
“Di lingkungan saya pada saat itu, pendidikan tinggi bukan hal penting, mereka selalu beranggapan sekolah itu hanya cukup sampai SMA. Tapi saya berbeda, dengan semua kesulitan hidup saya waktu itu, saya bersikeras untuk melanjutkan sekolah saya sampai S1.
Saya berkuliah sambil bekerja dan mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia sehingga saya bisa menyelesaikan kuliah saya,” kata Hani tentang perjuangan hidupnya.
Hani pernah bekerja di salah satu proyek pembangunan bendungan yang dibangun oleh PT. Wijaya Karya (persero) Tbk. Ia berperan sebagai sekretaris perusahaan di proyek tersebut.
“Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan Bapak Presiden Jokowi. Beliau bagi saya adalah Bapak Pembangunan Daerah. Kemarin beliau datang untuk meresmikan proyek bendungan yang ke – 40 dan juga meresmikan beberapa pembangunan infrastruktur di daerah terpencil.
Saya sangat mengagumi kepemimpinan beliau yang sangat sederhana dan begitu ramah terhadap masyarakat khusus Sulawesi Tenggara,” kata Hani menceritakan pertemuannya dengan pemimpin negara Indonesia itu.
Hani menceritakan pengalaman pertamanya keluar kota sangat tak terlupakan. Saat itu ia berperan sebagai relawan bencana alam. “Saya berkesempatan ke daerah Ternate, Kep. Gane dan juga Palu pasca terjadi Gempa bumi dan likuefaksi. Saya ditugaskan sebagai PFA ( Psychology First Aid) pertolongan pertama pada trauma anak dan orang dewasa pasca bencana alam,” kenang Hani.
Pengalaman keluar kota selanjutnya adalah karena mendapatkan tugas perjalanan dari kantor. Ia pun memanfaatkan kesempatan itu, mengambil waktu untuk menikmati destinasi wisata di kota-kota yang harus ia datangi berdasarkan penugasan.
Semua itu menjadi kenangan indah bagi Hani, sebab untuk saat ini, Hani memilih sementara berhenti untuk berkarir, dan memilih membesarkan anak terlebih dahulu.
“Saya ingin dia tumbuh tanpa kekurangan kasih sayang dari Ibunya, ketika dia sudah cukup mengerti, mungkin saya akan bekerja kembali. Saya juga berharap suatu saat nanti saya bisa berkesempatan menjadi aktivis sosial di daerah saya,” ujar Hani.
Hani menyadari bahwa kehidupan yang kita jalani tidak terlepas dari berbagai kesulitan, cukup jalani dengan sabar, berdoa, ikhtiar dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan kita kebahagiaan di waktu yang tepat.
“Saya nggak tahu apa saya layak, karena saya bukan sosok inspiratif juga seperti orang-orang yang sudah Iniloh.com bagikan sangat-sangat keren semua, tapi semoga saya bisa, saya hanya ingin membagikan cerita kecil ini agar tidak menyianyikan kesempatan, waktu, dan selalu penuh rasa syukur,” ungkap Hani dengan rendah hati.
Image source: Hani

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










