Ida Puspitasari, SH: Kalau Dunia Tak Berpihak, Kejarlah Akhirat!
Iniloh.com Jakarta- Ida Puspitasari, sosok perempuan asli Yogyakarta, membawa aura kehangatan khas kota Gudeg yang menjunjung tinggi nilai keramahan dan penghormatan antar sesama.
Lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang kuat menanamkan nilai agama, Ida tumbuh dengan disiplin spiritual.
“Dulu, kalau tidak sholat atau bolos TPA, Mami bisa menghukum saya pakai sapu lidi,” kenangnya sambil tertawa.
Meski terkesan keras, didikan itu membentuknya menjadi pribadi yang teguh memegang prinsip agama, sekaligus rendah hati dalam berinteraksi.
Lulus sebagai Sarjana Hukum, Ida sempat menggeluti karir di bank swasta sebelum memutuskan berhenti setelah menikah.
Namun, jalan hidupnya berbelok arah saat ia mulai merintis bisnis online dan offline.
Awalnya, ia hanya berkolaborasi dengan konten kreator untuk mempromosikan produknya. Tapi lambat laun, ia justru “nyemplung” langsung ke dunia kreator konten.
“Ini benar-benar di luar bayangan saya. Tadinya coba-coba, eh malah jadi passion,” ujarnya.
Kini, ibu dua anak ini menjalani peran ganda: mengurus rumah tangga sembari berkarya sebagai influencer.
Baginya, konten kreatif bukan sekadar pekerjaan, tetapi hobi yang menyenangkan.
“Saya senang bisa memengaruhi teman-teman untuk hal-hal baik,” tambahnya.
Dengan senyum khasnya, ia membagikan kesehariannya di Instagram (@idha.puspita), mengajak ribuan followers-nya menelusuri perjalanannya sebagai ibu, pebisnis, dan pendakwah informal.
Yang membedakan Ida dari kebanyakan influencer adalah fokusnya pada konten keagamaan.
Ia aktif berbagi ilmu Islam yang baru ia pelajari, mulai dari tafsir ayat Al-Qur’an, hadist, hingga tips menjalani hidup sesuai syariat.
“Ini ladang pahala jariyah. Semoga apa yang saya bagikan bisa menginspirasi orang lain untuk lebih taat,” harapnya.
Konten-kontennya tidak menggurui, melainkan disampaikan dengan gaya santai dan relatable, seolah mengajak followers-nya “belajar bersama”.
Bagi Ida, menjadi influencer adalah tanggung jawab moral. Ia tak ingin sekadar viral, tetapi ingin menarik masyarakat ke dalam lingkaran kebaikan.
Setiap unggahannya dirancang untuk memicu diskusi positif, seperti pentingnya menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat. Pesannya sederhana:
“Kalau dunia tak berpihak, kejarlah akhirat. Setidaknya, surga yang akan menyambut kita pulang.”
Di balik kesibukannya, Ida tetap mengutamakan keluarga. Kedua anaknya adalah sumber motivasi terbesarnya.
Ia ingin menjadi contoh bahwa menjadi ibu rumah tangga tidak menghalangi seseorang untuk berkarya dan berdakwah.
“Saya ingin mereka tumbuh melihat bahwa ibunya tak hanya mengurus rumah, tapi juga berusaha memberi manfaat untuk orang lain,” tuturnya.
Harapannya ke depan jelas: Terus memperluas dampak positifnya. Ia ingin mengajak lebih banyak orang, terutama perempuan, untuk tidak ragu menyuarakan kebaikan lewat platform digital.
“Agama itu bukan hanya urusan ustadz atau ustadzah. Kita semua bisa saling mengingatkan,” tegasnya.
Dengan semangat itu, Ida terus memadukan konten sehari-hari dengan nilai-nilai Islam, seperti memasukkan ayat Al-Qur’an dalam caption foto keluarga atau membagikan momen mengaji bersama anak-anak.
Source image: ida

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










