IGA. Dian Kemala Dewi, A.Md, SE.AK BKP: Hidup itu Butuh Panas, Kesabaran dan Kualitas
Iniloh.com – IGA. Dian Kemala Dewi, atau disapa Dian perempuan kelahiran Tabanan, Bali, adalah perpaduan harmonis antara akar budaya, dedikasi profesional, dan ketangguhan sebagai ibu.
Dibesarkan di Nusa Dua karena pekerjaan orang tua, ia menyimpan kenangan masa kecil yang kaya akan petualangan alam.
Saat liburan sekolah, ia pulang ke Tabanan, membantu kakek-nenek memetik timun, tomat, dan durian di kebun, atau mandi di aliran sawah dengan pemandangan Gunung Batukaru sebagai latar.
“Masa kecil saya penjelajahan: manjat pohon singapur di Nusadua, cari capung untuk dimasak, atau main di hutan dengan teman-teman. Itu yang membentuk saya jadi pribadi ceria dan adaptif,” kenangnya.
Sejak 2014, Dian berkecimpung di dunia perpajakan.
Pada 2017, ia resmi menjadi Konsultan Pajak Teregistrasi di bawah naungan IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia), dan di awal 2018, ia mendirikan DKD Tax Consultant di Jalan Yudistira, Denpasar.
“Pajak adalah bahasa universal dalam bisnis. Saya suka bekerja dengan klien multinasional, belajar budaya kerja mereka, sekaligus mengenalkan keunikan regulasi Indonesia,” tuturnya.
Meski menikmati fleksibilitas remote working dan bertemu orang-orang inspiratif, tantangan tak pernah absen.
“Harus selalu update peraturan, kadang 24 jam standby. Paling berat saat bertemu klien yang kurang menghargai profesi ini,” ujarnya.
Namun, ia menjadikan ini sebagai motivasi: “Saya belajar tegas, tapi tetap elegan.”
Selain dunia pajak, Dian adalah pemilik Ruby Takoyaki, usaha homemade yang dirintis sejak semester 2 kuliah (2012/2013).
Awalnya, bisnis ini lahir dari program kewirausahaan kampus, di mana timnya meraih juara kedua penjualan terbaik.
“Dulu kami jualan pakai gerobak. Sekarang, karena sibuk, saya hanya menerima pesanan khusus,” ceritanya.
Bisnis ini mengajarkannya manajemen waktu dan kreativitas, keterampilan yang ia terapkan hingga kini.
Dian bukan hanya profesional, tapi juga ibu dari anak kembar berusia 2 tahun.
Tanpa asisten rumah tangga, ia memadukan karier, bisnis, dan pengasuhan dengan strategi ketat.
“Agenda harian wajib! Kalau tidak, semua berantakan,” katanya sambil tertawa.
Pagi hari ia habiskan untuk anak-anak, siang fokus ke klien pajak, dan malam mengurus pesanan takoyaki.
“Lelah? Pasti. Tapi saya sadar, setiap tindakan saya adalah contoh bagi mereka. Saya ingin anak-anak melihat ibu yang kuat dan bahagia,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya self-care.
“Saya sisihkan waktu untuk yoga atau sekadar minum kopi tenang.
Merawat diri itu bukan egois, tapi agar bisa memberi lebih baik untuk keluarga.”
Bagi dia, perempuan adalah pondasi utama dalam membangun peradaban melalui keluarga.
“Kita adalah home base jika ibu sehat secara fisik dan mental, keluarga akan tumbuh dengan stabil,” tegasnya.
Ia mendorong perempuan untuk mengambil tiga peran kunci:
Pertama, menjadi kuat dan sehat dengan memprioritaskan pola makan bergizi serta pikiran positif, karena masa depan Generasi Emas 2045 dimulai dari kebiasaan sehat di rumah.
Kedua, menjadi cahaya yang memberi harapan, baik melalui karier profesional maupun cara mendidik anak, menunjukkan bahwa perempuan bisa berprestasi tanpa mengabaikan keluarga.
Ketiga, menjadi agen perubahan dimulai dari hal kecil di rumah, seperti mengajarkan anak berbagi atau mengurangi sampah plastik, karena kebaikan sederhana ini akan merambat ke masyarakat luas.
Baginya setiap perempuan memiliki kekuatan untuk menciptakan lingkaran positif, dari dapur hingga ruang rapat, dari keluarga hingga lingkungan sosial.
Source image: Dian

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










