Imey Subagya, Spread Love and Peace!
Iniloh.com Jakarta- Lahir dan dibesarkan di Tulungagung, Jawa Timur, Imey Subagya menyimpan cinta mendalam pada kota kecil nan tenang itu.
“Kota yang jauh dari hiruk pikuk, stress less, dan hangat,” ujarnya, menggambarkan keistimewaan tempat asalnya.
Bagi Imey, kesederhanaan Tulungagung justru menjadi magnetnya: “Kalau jenuh mau pergi ke gunung ada, ke pantai pun bisa.”
Fasilitas seperti bioskop kecil pun ia syukuri.
“Sederhana tapi cukuplah pokoknya” kalimat ini merangkum filosofi hidupnya: mensyukuri yang ada, menemukan kecukupan dalam kesahajaan.
Udara tenang Tulungagung menjadi fondasi ketenangan yang ia bawa hingga ke kehidupan dewasanya.
Sebelum pandemi, Imey adalah seorang bankir profesional dengan karier cemerlang.
Namun, COVID-19 membelokkan jalan hidupnya.
Saat anak perempuannya anugerah luar biasa yang didapat setelah perjuangan panjang, harus sekolah daring di kelas 2 SD, Imey dihadapkan pada pilihan berat.
“Saya pikir kasian sekali kalau anak harus belajar di rumah hanya ditemani Nanny,” kenangnya.
Di puncak karier, ia memutuskan resign untuk mendampingi tumbuh kembang anak.
“Hidup itu pilihan, dan saya pilih meninggalkan karier demi anak saya”.
Keputusan ini adalah bentuk “balas bayar utang waktu” pengakuan tulus bahwa masa kecil anak tak bisa diulang.
Tapi jiwa pekerja kerasnya tak bisa diam. Suaminya pun mengajaknya belajar golf olahraga yang feasible selama PPKM karena kompleks mereka di Gading Serpong berbatasan langsung dengan lapangan golf.
Awalnya sekadar pengalih kebosanan, golf berubah menjadi passion.
“Sukanya ketemu orang baru, jadi ga bosan,” ujarnya.
Namun, sebagai ibu, ia kerap disergap rasa bersalah:
“Dukanya, kadang waktu buat anak tersita. Gak bisa antar-jemput atau bikin bekal. Maafkan mami yah anakkuu”.
Candanya menyembunyikan dilema universal para ibu: merawat diri tanpa mengabaikan tanggung jawab.
Dari balik fairway, Imey berbagi filosofi ketangguhan untuk mereka yang terpuruk:
“Ketika dihadapkan pilihan sulit, jangan lama-lama larut dalam kesedihan.
Sedih dan menangislah secukupnya, setelah itu buka mata dan bangkit kembali.”
Ia tak menyangkal rasa sakit, tapi menekankan batasannya:
“Kesedihan itu pasti ada, tapi harapan dan doa baik itu pasti nyata dan terwujud ketika kita berusaha meraihnya.”
Bagi Imey, bangkit adalah seni meratapi seperlunya, lalu bangkit dengan doa dan ikhtiar.
Harapannya sederhana namun universal:
“Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kebahagiaan lahir batin.”
Ia menutup dengan pesan yang mencerminkan jiwanya yang teduh: “Spread the love n peace”.
Source image: imey

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










