Ita Putri, Lebih Bersinar Lagi Tanpa Meredupkan Cahaya Lain!
Iniloh.com Jakarta- Dari suasana asri dan guyub Pandeglang, Banten, lahir seorang perempuan dengan tekad yang bercahaya: Ita Putri.
Dibesarkan di kota dengan tingkat kepedulian yang sangat tinggi, Ita tumbuh dengan nilai-nilai kesederhanaan dan kebersamaan yang kuat.
Namun, jiwa petualang dan ambisinya membawanya merantau ke Jakarta untuk mengejar pendidikan tingginya.
Sebuah langkah yang menjadi awal perjalanannya menemukan passion sejati di antara hiruk-pikuk ibu kota.
Kini, Ita tengah menanti momen bahagia sebagai mahasiswa semester akhir yang insyaAllah akan wisuda pada bulan Desember mendatang.
Namun, di balik statusnya sebagai calon sarjana, ada satu peran lain yang telah dijalaninya dengan penuh cinta selama lebih dari tiga tahun.
Menjadi seorang freelance model makeup, atau yang dalam industri kreatif sering disebut sebagai “MUSE”.
Dunia sebagai muse telah membukanya pada pengalaman yang berwarna-warni. Dengan mata berbinar, ia bercerita tentang sukacita yang didapatkannya dari pekerjaan ini.
Bagi Ita, menjadi muse adalah pekerjaan yang tidak banyak memberi tekanan. Jadwalnya yang sangat fleksibel memungkinkannya untuk mengatur waktu antara kuliah dan bekerja dengan leluasa.
“Kerjanya ngga jenuh karena selalu ketemu orang baru dan suasana kerja yang happy,” ujarnya.
Baginya, setiap job adalah petualangan baru, sebuah kesempatan untuk bekerja sambil menjelajah.
Namun, di balik gemerlap lampu foto dan riasan cantik, terdapat pula duka yang harus ia telan.
Sebagai model, fisik adalah modal utamanya, dan hal itu membuatnya sering menjadi sasaran komentar pedas dari orang lain.
Kritikan seperti “kamu kurus“, “idung kamu gede”, atau “pipi kamu chubby” kerap melukai perasaannya dan memunculkan rasa insecure.
Ita mengakui bahwa untuk bertahan di industri ini, seseorang harus memiliki ketebalan telinga yang luar biasa.
“Pokoknya kalau mau jadi model, harus tebel-tebel kuping,” katanya sambil tertawa, mencoba mengolah rasa sakit menjadi sebuah lelucon.
Melalui semua suka dan duka, Ita terus melangkah dengan optimisme yang mengagumkan. Harapannya untuk masa depan jelas dan penuh semangat.
Ia berdoa agar bisa lebih bersinar lagi, semua usahanya segera tercapai, dan doa-doa yang dilangitkan terkabul meski melalui cara yang mustahil sekalipun.
Kesehatan, kecantikan, dan kebahagiaan adalah hal-hal yang tidak pernah ia lupakan dalam setiap doanya.
Ita menutup refleksinya dengan sebuah pesan yang mendalam dan penuh kerendahan hati:
“Lebih bersinar lagi tanpa meredupkan cahaya lain, tapi juga jangan pernah merasa paling terang.”
Source image: ita

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










