Jingga Sadeva, Apapun Tantanganmu, Jangan Pernah Ragu Hadapi!

Iniloh.com Jakarta- Di antara gemercik ombak Banyuwangi dan sejuknya pegunungan Malang, Jingga Sadeva menemukan ritme kehidupannya.

Sebagai anak tunggal, ia mengakui dirinya diselimuti kasih sayang penuh dari orang tua.

Aku mendapatkan perhatian tanpa terbagi, tapi itu justru jadi tantangan,” ujarnya.

Kini, ia bertanggung jawab atas beberapa bisnis keluarga yang diwariskan kepadanya, menjabat sebagai direktur di perusahaan-perusahaan yang dibangun orang tuanya.

Namun, jalan itu tak selamanya mulus, “Tiap hari pusing mikirin kerjaan,” akunya jujur.

Meski demikian, statusnya sebagai pemilik memberinya keleluasaan unik: “Sukanya, aku masih bisa jalan-jalan tanpa terikat kantor,” tambahnya dengan senyum khas.

Bagi Jingga, kedua kota ini bukan sekadar peta geografis. Banyuwangi, tanah kelahirannya, menyimpan memori tentang keluarga dan tradisi.

Sementara Malang, kota tempatnya menetap kini, menjadi kanvas bagi kebebasannya.

Keduanya mewakili sisi berbeda dalam hidupnya: kehangatan akar keluarga dan dinamika pertumbuhan diri.

Tak heran jika ia kerap menyelami jiwa Banyuwangi melalui tempat seperti Alas by Kunang Kunang yang menghadirkan ketenangan alam, atau menikmati Malang dari hangatnya Pemandian Air Panas Cangar di kaki Gunung Welirang.

Mengemban peran sebagai direktur di usia muda bukan tanpa beban. Ia harus memastikan roda bisnis warisan tetap berputar, mengambil keputusan strategis, dan menjaga kepercayaan orang tua.

Tapi Jingga punya strategi: keseimbangan. Di sela kesibukan, ia menyisir waktu untuk kegiatan santai yang menantang gym, golf, panahan, hingga tembak.

Hobi itu seperti napas kedua. Mereka mengingatkanku bahwa hidup bukan cuma rapat dan laporan keuangan,” ujarnya.

Sebagai satu-satunya penerus garis keluarga, tekanan kerap menghampiri.

Tapi Jingga memilih melihatnya sebagai kekuatan. Pesannya bagi mereka yang menghadapi situasi serpu:

Aku sendirian dalam garis warisan, tapi bukan berarti aku harus lemah.

Kamu pun, apapun tantanganmu, jangan pernah ragu berdiri.

Kita kuat bukan karena banyak yang membantu, tapi karena kita memilih untuk tidak menyerah.”

Kalimat itu bukan sekadar motivasi, melainkan esensi perjalanannya. Ia percaya bahwa warisan terbesar bukanlah perusahaan, tapi mentalitas pantang menyerah.

Jingga tak menampik bahwa statusnya memberi privilege.

Tapi ia memaknainya sebagai tanggung jawab untuk berinovasi.

Ia kerap menggabungkan bisnis dengan petualangan, meeting di tengah lapangan golf atau mengevaluasi proyek sambil menikmati sunset di Rihat Toko Kopi Banyuwangi.

Hidup terlalu singkat untuk hanya duduk di belakang meja,” katanya.

 

You May Also Like

Intan Sarafina, Dengan Berolahraga Ku Merasa Lebih Bertenaga dan Siap Hadapi Tantangan Hidup
Intan Sarafina, Dengan Berolahraga Ku Merasa Lebih Bertenaga dan Siap Hadapi Tantangan Hidup
Anggini ” Jinny ” Febrida, Jangan Ragu Untuk Mulai dan Bandingkan dengan Orang Lain
Anggini ” Jinny ” Febrida, Jangan Ragu Untuk Mulai dan Bandingkan dengan Orang Lain
Prima Hapsari, Jangan Ragu Tekuni Hobi Jika Buat Bahagia dan Keluarga Mendukung
Prima Hapsari, Jangan Ragu Tekuni Hobi Jika Buat Bahagia dan Keluarga Mendukung
Tyas Rahayu, Bisa Adaptif Dalam Hadapi Perubahan Hidup Buat Kita Bahagia dan Tenang
Tyas Rahayu, Bisa Adaptif Dalam Hadapi Perubahan Hidup Buat Kita Bahagia dan Tenang
Cartlh, Fokus Ke depan Hadapi dengan Baik Problematika Hidup Tak Perduli Asal dan Perbuatan Masa Lalu
Cartlh, Fokus Ke depan Hadapi dengan Baik Problematika Hidup Tak Perduli Asal dan Perbuatan Masa Lalu
Bonita Christine, Jangan Ragu Kejar Apa yang Kita Cintai, Setiap Usaha Pasti Ada Hasilnya
Bonita Christine, Jangan Ragu Kejar Apa yang Kita Cintai, Setiap Usaha Pasti Ada Hasilnya