Johanandha Desika Salsabilla, Keindahan Wanita Tiada Cukup Didasari Fisik Saja
Iniloh.com Jakarta- Asap mengepul dari Gunung Wilis, udara sejuk, dan keramahan warga menjadi latar belakang masa kecil Johanandha Desika Salsabilla, yang akrab disapa Nandha atau Jojo.
Kediri, Jawa Timur, bukan sekadar tempat lahir, tapi akar yang mendalam baginya.
Di kota inilah ia tumbuh dalam pelukan keluarga kecil yang hangat penuh cinta.
Sang ayah, seorang polisi, dan ibunya yang mendedikasikan diri sebagai ibu rumah tangga, membangun support system yang kokoh.
“Mereka selalu memberikan dan mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya,” ungkap Nandha dengan penuh rasa syukur.
Kehangatan itu juga ia bagi dengan adik laki-lakinya yang berusia 13 tahun, seorang atlet Tarung Derajat yang penuh semangat.
Kediri membekalinya fondasi: keluarga, disiplin, dan dukungan tanpa syarat.
Namun, perjalanan Nandha tak selalu mulus. Masa sekolahnya diwarnai oleh gelombang bullying verbal dan non-verbal yang bertahun-tahun lamanya.
Pengalaman pahit itu, alih-alih menjatuhkannya, justru menempa jiwanya.
“Hal ini juga sebagai bukti bahwa saya bukan perempuan yang lemah, perempuan juga bisa berdaya,” tekadnya kuat.
Ia memilih merespons dengan menjadi insan yang mencintai tantangan dan haus akan hal baru.
Bakat seninya mulai bersemi di bangku SMP dengan mempelajari dunia musik, lalu berkembang pesat saat SMA.
Ia menemukan kekuatan dan ekspresi dalam tari tradisional, yang dipelajarinya secara otodidak.
Seni bukan sekadar hobi, tapi senjata untuk bangkit dan membuktikan diri.
Passionnya pada seni dan budaya menjadi jalan untuk memberi makna lebih besar. Keinginan kuatnya melestarikan dan mempromosikan kekayaan lokal mendorongnya untuk terjun ke dunia duta.
Prestasi pun mengikuti dedikasinya: terpilih sebagai Duta Pariwisata Inukirana Kabupaten Kediri, dan berlanjut meraih penghargaan Duta Lalulintas Best Performance Polda Jatim.
Sejak kelas 1 SMA, dunia modeling juga menjadi bagian hidupnya, mengasah kepercayaan diri dan profesionalisme.
Aktivitasnya yang padat – antara lomba, bekerja sebagai model, dan berkesenian – membuatnya mengakui,
“Bisa dikatakan jarang sekali saya menikmati masa muda untuk sekedar bermain kesana kemari”.
Namun, kerja kerasnya membuahkan hasil nyata.
“Tiada usaha yang sia-sia,” ujarnya.
Prestasinya membuka pintu untuk bisa berkuliah sambil bekerja profesional di PT Angkasapura, membuktikan bahwa kerja keras dan fokus membuahkan kemandirian.
Suka duka dalam meraih setiap mimpi? Nandha memandangnya dengan filosofi yang dalam.
“Dalam meraih suatu tujuan tentunya perlu melewati badai hujan serta air mata,” ia mengakui.
Tapi justru rintangan itulah yang memberi rasa perjuangan makna sejati.
“Rasa sakit itu hanya sementara, namun kesuksesan akan dibawa selamanya.”
Pandangan ini menjadi kompasnya, mengingatkan bahwa setiap tetes keringat dan air mata adalah investasi untuk pencapaian yang abadi.
Sebagai penyandang Bipolar Disorder, Nandha memiliki harapan yang sangat personal sekaligus universal.
“Semoga hal-hal baik, kesehatan, keceriaan, serta kebahagiaan selalu menyertai semua orang.”
Doanya mencerminkan empati mendalam dan keinginan tulus akan kesejahteraan kolektif, terutama di ranah kesehatan mental yang ia pahami betul.
Untuk para pembaca di seluruh Indonesia, Nandha membagikan pesan yang sarat makna tentang esensi keindahan dan harga diri seorang wanita:
“Keindahan seorang wanita tidak cukup bila hanya didasari dari fisik semata.
Hati yang tenang, pikiran yang jernih serta perpaduan antara kesederhanaan, kepercayaan diri, dan juga rasa hormat pada diri sendiri maupun orang lain menjadikan kita jauh lebih berharga.”
Source image: nandha

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










