Ketty: Nikmati Proses, Syukuri Pertemuan, dan Hargai Perpisahan
Iniloh.com Jakarta- Ketty, perempuan berakar kuat dari Sukabumi, Jawa Barat, adalah bukti bahwa kecintaan pada alam dan kesibukan dunia korporat bisa berjalan beriringan.
Lahir dan tumbuh di kota yang terkenal dengan wisata alamnya yang memukau, seperti Pantai Palabuhanratu, Gunung Gede Pangrango, atau Curug Awang.
Ia mengaku bahwa keindahan alam sekitar membentuknya menjadi pribadi yang sederhana namun penuh syukur.
“Sukabumi itu seperti kanvas Tuhan yang tak pernah habis warna. Di sini, aku belajar mencintai hal-hal alami,” ujarnya.
Meski begitu, Ketty bukanlah sosok yang hanya diam menikmati panorama.
Sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta, ia menjalani rutinitas dinamis yang menuntut disiplin tinggi, namun selalu menyisakan ruang untuk hobi dan refleksi diri.
Di tengah kesibukannya, Ketty punya cara unik untuk melepas penat: menonton konser artis favorit dan menjelajahi kuliner lokal.
“Aku nggak sembarang nonton konser. Harus yang benar-benar aku suka, biar energi yang keluar ikut tulus,” katanya sambil tertawa.
Aktivitas ini, menurutnya, adalah bentuk self-reward setelah sepekan bekerja.
Di akhir pekan atau waktu luang, ia kerap menyambangi kedai-kedai makanan, baik sendirian maupun bersama teman.
“Mencicipi makanan baru itu seperti petualangan kecil. Kadang kita nemu rasa yang bikin kangen, kadang juga kecewa.Tapi semua jadi cerita,” tambahnya.
Seperti kebanyakan profesional, Ketty mengakui bahwa hidupnya tak lepas dari suka duka.
Duka terbesarnya adalah waktu bersama keluarga dan teman yang kerap tersita oleh tuntutan pekerjaan.
“Kadang sedih kalau lihat grup keluarga atau teman ngobrol soal kumpul-kumpul, tapi aku nggak bisa ikut karena deadline kantor,” ungkapnya.
Namun, ia memilih fokus pada sisi positif: karir yang terus berkembang dan kesempatan bertemu orang-orang hebat di industri.
“Dari mereka, aku belajar banyak hal baru. Pengalaman itu seperti investasi buat masa depan,” ucapnya penuh semangat.
Ketty juga membagikan filosofi hidup yang dipegangnya:
“Hidup adalah perjalanan belajar tanpa akhir.”
Baginya, tak perlu menuntut kesempurnaan, karena setiap orang pasti pernah terluka, membuat kesalahan, atau gagal memahami perspektif orang lain.
“Yang penting, kita mau belajar memaafkan, baik diri sendiri maupun orang lain, lalu tumbuh dari sana,” jelasnya.
Prinsip ini ia terapkan baik dalam pekerjaan maupun relasi personal.
Misalnya, saat menghadapi konflik di kantor, ia memilih komunikasi terbuka alih-alih menyimpan dendam.
“Hidup terlalu singkat untuk dibebani rasa kesal,” katanya.
Melalui akun Instagram @kettysknh, Ketty sesekali membagikan momen kebahagiaannya: dari potret alam Sukabumi yang memesona, hidangan kuliner yang ia coba, hingga kutipan-kutipan inspiratif tentang kehidupan.
Sosoknya mengajak kita untuk melihat keseimbangan sebagai kunci kebahagiaan.
“Jangan sampai kerja menghabiskan seluruh waktumu, tapi juga jangan lupa bahwa tanggung jawab harus dijalani dengan serius,” pesannya.
Bagi Ketty, kebijaksanaan hidup tidak datang dari pencapaian besar, melainkan dari cara kita menyikapi hal-hal kecil.
“Nikmati proses, syukuri pertemuan, dan hargai perpisahan. Semua ada waktunya,” ujarnya.
Pesan ini ia tujukan khususnya bagi generasi muda yang kerap terburu-buru mengejar kesuksesan.
“Jalan setiap orang berbeda. Fokuslah pada langkahmu sendiri, dan percayalah bahwa alam semesta akan membalas usahamu dengan cara terbaik.”
Dengan kombinasi antara kedewasaan berpikir, semangat bekerja, dan kecintaan pada hal-hal sederhana, Ketty membuktikan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di mana saja, dari gemericik air terjun Sukabumi hingga secangkir kopi hangat di sela istirahat kantor.
Ia adalah pengingat bahwa hidup yang bermakna dimulai dari sikap kita: belajar tanpa henti, mencintai tanpa syarat, dan tumbuh tanpa takut akan luka.
Source image: Ketty
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
